Manila (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Darfur, Sudan guna membantu penciptaan perdamaian di kawasan yang tengah di landa kekerasan itu sejak empat tahun silam. "RI akan mempertimbangkan pengiriman pasukan perdamaian ke Darfur," kata Menteri Luar Negari Hassan Wirajuda di sela-sela penutupan pertemuan ke-40 menteri luar negeri ASEAN (AMM ke-40) di Balai Sidang Antarbangsa Filipina (PICC) Manila, Kamis. Ia mengatakan, RI akan mengirimkan sekitar 100 hingga 150 orang polisi sipil. Dewan Keamanan PBB, Selasa waktu setempat, mensahkan resolusi untuk menggelar 26.000 tentara dan polisi ke Darfur, sebagai upaya melindungi warga sipil dan mengakhiri kekerasan di wilayah barat Sudan yang luas dan kering itu. Operasi gabungan PBB-Uni Afrika itu diperkirakan akan menelan biaya lebih dari 2 miliar dolar AS pada tahun pertama, dengan tujuan menghentikan kekerasan di Darfur, tempat lebih dari 2,1 juta orang diusir ke kamp dan diperkirakan 200.000 orang tewas selama empat tahun terakhir. Sekjen PBB Ban Ki-moon, melukiskan resolusi itu sebagai "bersejarah" dan minta negara-negara anggota untuk memberikan tentara yang "cakap" secara cepat. Berdasarkan Bab 7 Piagam PBB pengiriman pasukan itu dimungkinkan untuk digunakan bagi bela diri, guna menjamin gerakan bebas pekerja kemanusiaan dan untuk melindungi warga sipil yang mendapat serangan. Namun resolusi itu, yang diperlunak beberapa kali, tidak lagi membolehkan pasukan baru tersebut untuk menyita dan mengatur senjata tidak sah. Sekarang mereka hanya dapat mengawasi senjata itu. Inggris dan Prancis adalah sponsor penting resolusi itu. Secara khusus, naskah itu mensahkan sebanyak 19.555 personel militer dan 6.432 polisi sipil.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007