New York (ANTARA News) - Amerika Serikat tidak menutup kemungkinan akan menggunakan kekuatan militer untuk membebaskan para sandera Korea Selatan yang disekap kelompok gerilyawan Taliban di Afghanistan, demikian diungkapkan pejabat Departemen Luar Negeri seperti yang dilaporkan media AS. "Semua bentuk tekanan perlu diterapkan kepada Taliban agar mereka membebaskan para sandera," kata Asisten Menlu AS urusan Asia Selatan dan Asia Tengah, Richard Boucher, seperti yang dikutip SFGate.com berdasarkan laporan AP. "Tujuannya adalah untuk membebaskan orang-orang ini tanpa terlukai, membebaskan mereka secara damai dan aman," tambah Boucher. Pernyataan Boucher mengemuka menjelang pekan kedatangan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, di Amerika Serikat. Karzai akan melakukan pertemuan dengan Presiden George W Bush di Camp David, tempat peristirahatan Presiden AS yang terletak di Maryland. Ia menolak merinci tentang tekanan-tekanan atau upaya-upaya apa yang sedang dijalankan atau dipertimbangkan, namun ia mengatakan hal itu termasuk penggunaan kekuatan militer. Menurut Boucher, dalam kasus penyanderaan 23 warga Korsel, pemerintah tiga negara saling bekerja sama, yaitu Amerika Serikat, Afghanistan dan Korea Selatan. Korea Selatan telah meminta AS untuk memberikan bantuan, menyusul pembunuhan terhadap dua dari 23 sandera yang diculik di dekat Ghazni, Afghanistan pada 19 Juli lalu. Pernyataan Boucher itu dilaporkan bertentangan dengan pernyataan seorang pejabat Korsel yang mengatakan Menteri Luar Negeri Korsel Song Min-Soon dan Wakil Menlu AS John Negroponte dalam pertemuan mereka hari Kamis di Filipina telah sepakat untuk mengensampingkan upaya militer dalam mengakhiri penyanderaan. Tenggat waktu yang diajukan Taliban --agar pemerintahan Afghanistan membebaskan tahanan militer sebagai pertukaran pembebasan sandera-- sudah beberapa kali lewat. Sementara itu di Afghanistan, para pejabat Korsel dan Afghanistan sedang mencoba untuk menemukan tempat bertemu yang bisa diterima semua pihak setelah mereka setuju bertemu dan melakukan pembicaraan dengan Taliban dalam upaya membebaskan para sandera. Taliban menyebut bahwa dua dari sandera Korsel saat ini berada dalam keadaan sakit parah dan sekarat. Uaya-upaya diplomatik yang dilakukan Korsel sendiri telah gagal dalam melunakkan penolakan Afghanistan dalam memberikan reaksi terhadap tuntutan-tuntutan Taliban. Afghanistan sebelumnya mendapat kritikan dari pemerintah AS dan pemerintah asing lainnya tahun ini karena membebaskan sejumlah tahanan dalam pembebasan seorang warga Italia yang disandera oleh Taliban. Pada 19 Juli lalu, sebanyak 23 warga Korea yang terdiri atas 18 perempuan dan lima laki-laki --semuanya anggota Gereja Komunitas Saemmul, diculik oleh kelompok Taliban di bagian selatan provinsi Ghazni, Afghanistan, saat mereka berada dalam perjalanan dari Kabul ke Kandahar. Dua dari 23 sandera tersebut telah dibunuh setelah batas waktu yang ditetapkan Taliban telah lewat menyangkut tuntutan pembebasan kawan-kawan mereka gerilyawan Taliban yang mendekam di tahanan Afghanistan serta tuntutan penarikan 200 prajurit pasukan Korsel dari Afghanistan sesegera mungkin. Sandera kedua asal Korsel ditembak mati oleh Taliban dan ditemukan pada Senin malam. Mayat dengan luka tembak itu ditemukan di Provinsi Ghazni, sekitar 140 kilometer arah selatan dari Kabul, tidak jauh dari lokasi penculikan 22 warga Korsel pada 19 Juli. Taliban pada Jumat malam mengatakan telah menembak mati sandera tersebut, menyusul lewatnya dua kali batas waktu dari Taliban agar pemerintah membebaskan rekan mereka yang dipenjarakan. Sandera kedua itu dibunuh setelah sandera pertama ditembak mati pada pekan lalu. Sandera pertama yang ditembak adalah seorang pendeta berusia 42 tahun yang menjadi pemimpin kelompok warga Korsel. Media Korsel menyebutkan korban terakhir bernama Shim Sung-Min (29) tetapi pemerintah Seoul masih mencari konfirmasi identitas korban kedua tersebut. Taliban juga mengancam akan mulai membunuh 21 warga Korsel lainnya jika batas waktu berikutnya agar pemerintah Afghanistan memenuhi tuntutan mereka pada Rabu jam 12 siang tidak dipenuhi. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007