Jakarta (ANTARA News) - Islam tak mengajarkan kekerasan apalagi radikaliksme, karena bertentangan dengan nilai yang ada di tengah masyarakat, kata Menteri Agama (Menag) M Maftuh Basyuni di Ciawi, Jawa Barat, Sabtu. Menteri berada di Ciawi guna meletakan batu pertama pembangunan gedung percetakan Al Quran di atas lahan seluas 1000 meter persegi, menelan dana Rp26 miliar, yang sebesar Rp3 miliar di antaranya adalah diperuntukan bagi bangunan dan selebihnya untuk membeli mesin cetak. Radikalisme tak dibenarkan tumbuh di bumi Indonesia. Demikian juga kekerasan karena ajaran demikian itu tak ada dalam Al Quran. Untuk itu , ia menganjurkan kepada umat Islam untuk tak sekedar memperbanyak baca Al Quran tetapi juga memahami kandungannya. Kehadiran percetakan Al Quran diharapan dapat membantu umat Islam, karena selain harganya terjangkau juga dilengkapi terjemahannya. "Saya harap, nanti ada Al Quran yang dicetak untuk ukuran saku. Daripada ngelamun, bisa baca Al Quran ada manfaatnya," ujar Maftuh. Pemeluk agama Islam harus tahu diri dan memberi ruang pengakuan kepada eksistensi umat agama lain. Dasar alasannya sudah ada dalam Al Quran, "Lakumdinukum waliadin", bagimu agamamu bagiku agamaku. Dalam Islam juga tak ada paksa-memaksa agar orang lain ikut agamu. Tak ada paksaan dalam hal ini, kata Maftuh. Terkait dengan percetakan Al Quran, Menteri mengatakan, "Kalau boleh iri, saya iri dengan percetakan Bible, dicetak di dalam negeri, tersebar luas di Asia Tenggara". Menurut Maftuh, kualitas cetaknya bagus. Hal ini patut dicontoh untuk percetakan Al Quran di Ciawi. Karena itu, meski dana untuk mesin cetak tergolong minim diharapkan kualitasnya bagus. Ia berharap Al Quran hasil cetakan dari Ciawi itu sudah dapat terdistribusi pada akhir 2008. Awal Desember 2007 percetakan sudah beroperasi dengan produksi satu juta eksemplar per tahun. "Obsesi saya, dua tahun berikutnya, bisa dicetak Al Quran lima juta pertahun," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007