Jakarta (ANTARA News) - Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) masih menunggu keputusan pemerintah mengenai pembentukan Tim Persiapan Pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) yang pembangunannya dimulai 2010 dan ditenderkan 2008. "Statusnya sekarang masih di Setneg dan Setkab. Jadi kami masih menunggu," kata Kepala Pusat Diseminasi Informasi Iptek Nuklir Batan Taswanda Taryo di sela penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Batan dan LKBN ANTARA tentang Penyebarluasan Informasi Ilmu Pengetahuan Teknologi Nuklir dan Hasil Penelitian, Pengembangan dan Perekayasaan Batan di Jakarta, Selasa. Tim tersebut, urainya, akan beranggotakan seluruh departemen terkait, lembaga pemerintah nondepartemen (LPND) serta BUMN seperti Departemen ESDM, PU, Kementerian Negara lingkungan, Batan ,Bapeten, serta PLN. Pihak yang akan membangun PLTN, katanya, belum ditentukan. PLN bisa saja menjadi salah satu investor, juga pihak dari Jepang atau Korea Selatan, sementara itu perusahaan dalam negeri yang tertarik dalam pembangunan proyek itu antara lain Medco Energi. Dalam kesempatan itu Kepala Batan Hudi Hastowo memberitahukan bahwa pendiri kelompok pecinta lingkungan yakni Green Peace kini lebih pronuklir dan mengatakan bahwa pihak yang masih menentang pembangkit listrik tenaga nuklir adalah pihak yang ketinggalan zaman. Sebelumnya seorang tokoh pendiri Green Peace Dr Patrich Moore menyatakan bahwa nuklir adalah pilihan yang sehat dan aman dari segi lingkungan. Moore juga mengatakan akan memilih nuklir dibanding batubara, minyak dan gas karena nuklir tidak mencemari udara dengan CO2-nya dan menganggap tak realistik jika teman-temannya mengimbau penghapusan batubara dan nuklir secara bersamaan. Sementara itu, pakar nuklir Prof Dr Sofyan Yatim mengakui, terdapat potensi bahaya besar dari suatu reaktor nuklir dengan limbah radioaktifnya yang berasal dari hasil belah uranium dan plutonium. Namun potensi itu tetap terkendali dalam sistem aman yang diatur secara internasional. Sedangkan PLTU batubara berkapasitas 1.000 MW akan menghasilkan limbah per tahunnya berupa CO2 sebanyak 6,5 juta ton, SO2 sebanyak 44.000 ton, NOx 22.000 ton, dan abu 320.000 ton yang mengandung 400 ton racun logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri, dan timah. "Tidak seperti nuklir yang limbahnya sedikit dan diisolasi, limbah batubara dibuang ke biosfer yakni ke udara, air dan tanah, sehingga menjadi berbahaya terhadap lingkungan," katanya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007