Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (ANTARA News) - Sebagian warga yang terdampak gempa di Lombok Utara masih tidur di ruang terbuka karena rumah mereka rusak akibat gempa pada Minggu (19/7) pagi dan mereka tidak memiliki tenda, kata Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Utara Suardi.

"Warga yang terdampak gempa sangat membutuhkan tenda atau terpal serta selimut karena mereka masih tidur di ruang terbuka," katanya di Kecamatan Bayan, Rabu.

Ia mengatakan bantuan untuk korban gempa sudah disalurkan kepada warga di Lombok Utara, terutama di Kecamatan Bayan yang berada dekat dengan pusat gempa, namun jumlahnya terbatas.

Di Kabupaten Lombok Utara, warga yang terdampak gempa sekitar 23.000 orang.

"Di daerah ini, lokasi pengungsian utama berada di tiga titik yaitu di Desa Sambik Elen, Batu Gerantung dan Karang Bajo. Jumlah pengungsi di tiga lokasi ini sebanyak 2.478 orang," kata Suardi.

"Selain tiga lokasi pengungsian utama ini, banyak warga yang mendirikan tenda-tenda sendiri sebagai tempat menginap yang tak jauh dari tempat tinggal mereka," ia menambahkan.

Ia menjelaskan pula bahwa saat ini yang utama dilakukan adalah menangani warga yang sakit atau terluka akibat gempa, serta menyediakan tempat pengungsian dan menyalurkan bantuan kebutuhan pokok dan obat bagi warga yang terdampak gempa.

"Yang tak kalah penting yaitu adanya aparat kepolisian yang melakukan patroli di sejumlah kampung dan desa untuk menghindari aksi kriminalitas. Karena rumah-rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya berpotensi menjadi sasaran aksi pencurian," katanya.

Ia menambahkan Sekretariat Daerah masih mendata korban gempa dan rumah-rumah warga yang rusak akibat gempa.

Menurut data sementara, ia menjelaskan, ada lima warga yang meninggal dunia dan 78 warga yang terluka akibat gempa di Lombok Utara. Gempa juga menyebabkan 1.146 rumah dan tempat ibadah di kabupaten ini rusak.

Baca juga:
Masyarakat Lombok belum berani kembali ke rumah
Presiden janjikan bantuan perbaikan rumah bagi korban gempa Lombok

 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018