Jakarta (ANTARA) - Kurs rupiah Senin pagi merosot tajam hampir mencapai angka Rp9.350 per dolar AS, karena pelaku kembali membeli dolar AS di pasar uang domestik. Nilai tukar rupiah turun 65 poin menjadi Rp9.345/9.350 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.280/9.300 per dolar AS. Direktur retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pasar uang domestik masih tertekan oleh gejolak pasar uang global, meski gejolaknya sudah berkurang. Gejolak pasar uang global itu mengakibatkan pelaku pasar masih memburu dolar AS, karena mereka lebih percaya memegang dolar ketimbang rupiah, katanya. Menurut Kostaman, pasar sebenarnya masih menunggu efek lanjutan dari krisis surat berharga yang berbasis kredit perumahan (subprime mortgage) AS yang menekan bursa Wall Street. Sejumlah analis masih sulit memperkirakan kelanjutan dari gejolak pasar uang global itu, apakah masih berlanjut setelah sejumlah bank sentral mengeluarkan dananya untuk mengantisipasi masalah tersebut, katanya. Rupiah, katanya, kemungkinan akan masih terpuruk yang cenderung mendekati level Rp9.400 per dolar AS, namun Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan masuk pasar untuk mengantisipasi tekanan yang cukup besar terhadap rupiah. "Kami optimis BI akan terus memantau pergerakan itu, apalagi dolar AS di pasar global melemah terhadap yen" katanya. Jadi, menurut dia, peluang rupiah untuk menguat sebenarnya cukup besar, namun efek dari kekhawatiran atas gejolak pasar uang global masih belum hilang. Dengan adanya indikasi itu, rupiah diperkirakan pada sore nanti akan kembali membaik, ucapnya. Dolar AS terhadap yen, lanjutnya turun menjadi 118,30 dari sebelumnya 118,40, ero mencapai 162,00 yen, ero terhadap dolar AS mencapai 1,3700. Menurut dia, menguatnya yen terhadap dolar AS, karena pasar uang sedikit membaik dari kekhawatiran atas kredit perumahan AS. Pelaku pasar juga masih mengamati pergerakan pasar uang global itu, terutama mengenai indikator ekonomi AS, katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007