Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) meminta dunia usaha tidak memaksakan diri untuk "memborong" valuta asing (valas) dalam jumlah besar saat ini, jika tidak diperlukan, supaya tekanan nilai tukar rupiah dapat berkurang.

Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu, mengatakan dunia usaha bisa memanfaatkan fasilitas penukaran (swap) lindung nilai (hedging) ataupun forward agar tidak menderita kerugian dari selisih kurs saat menarik valas beberapa waktu mendatang.

"Bagi korporasi yang butuhkan valasnya enam bulan lagi, tidak usah nubruk dolar," katanya.

Dalam beberapa hari terakhir, Bank Sentral bisa membuka dua kali fasilitas kepada pelaku pasar untuk menggunakan swap atau sederhananya disebut barter dengan agunan. Fasilitas swap pada pagi hari ditujukan bank sentral untuk operasi moneter guna menjaga kecukupkan likuiditas. Fasilitas swap kedua di siang hari untuk lindung nilai dari volatilitas kurs.

"Jika ada kebutuhan rupiah dan ingin ingin memegang doalrnya, bisa memanfaatkan  swap hedging ini sepanjang punya underlying-nya (kolateral)," ujar dia.

Saat ini, melalui operasi moneter BI, menurut Perry, biaya atau bunga  swap sudah lebih murah namun tetap terbentuk dari mekanisme pasar. Maka dari itu, swap lindung nilai, menurut dia, semestinya bisa dimanfaatkan dunia usaha.

Misalnya untuk tenor swap satu bulan telah menurun dari 4,85 persen menajdi 4,62 persen. Kemudian swap tenor satu tahun telah menurun dari 5,18 persen menjadi 4,9 persen setelah.

Berdasarkan catatan Antara, pada awal 2018 lalu, bunga swap masih sempat berada di level tiga persen, tetapi naik, karena tingginya permintaan lindung nilai, yang juga disebabkan pelemahan rupiah.

Baca juga: BI jamin kelancaran transaksi valas
Baca juga: BI klaim bisa kendalikan pelemahan rupiah


 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018