Singapura (ANTARA News) - Harga minyak, Rabu, naik akibat isu akan datangnya badai tropis di Samudera Atlantik yang berpotensi bahaya bagi fasilitas energi Amerika Serikat (AS), kata para pelaku pasar. Pada perdagangan Rabu pukul 10.20 waktu Singapura (02.20 GMT), kontrak minyak mentah utama New York, light sweet untuk pengiriman September naik 37 sen menjadi 72,75 dolar AS per barel dibandingkan dengan 72,38 dolar pada Selasa malam. Sementara minyak Brent Laut Utara untuk pengiriman September naik 35 sen menjadi 70,86 dolar per barel. "Pasar minyak mulai meninggalkan kekhawatiran atas gejolak pasar uang dan beralih ke isu potensi munculnya badai tropis," kata Phil Flynn, analis dari firma keuangan Alaron seperti dikutip AFP. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam laporan bulanan yang dikeluarkan Selasa kemarin, mengatakan bahwa permintaan minyak dunia pada 2007 tumbuh 1,3 juta barel per hari (bph) atau 1,5 persen. Proyeksi itu sedikit lebih tinggi dari perkiraan kartel sebelumnya dan mencerminkan "tambahan kebutuhan minyak mentah untuk pembangkit listrik Jepang," kata laporan OPEC. Meski begitu, OPEC mencatat bahwa selama empat pekan terakhir, harga untuk minyak mentah (New York) sangat fluktuatif, ketika ekonomi dunia terpengaruh kondisi di pasar saham dan fluktuasi indikator ekonomi lainnya. "Tidak ada keraguan bahwa ketidakpastian telah menyuramkan proyeksi minyak mentah dunia," kata OPEC. Ditambahkannya bahwa masalah yang menimpa ekonomi AS seperti resesi di sektor perumahan khususnya pasar kredit properti telah mendorong kekhawatiran atas terjadinya penurunan ekonomi global. Pusat Prakiraan Iklim pemerintah AS, pekan lalu memperkirakan bahwa total ada 13-16 awan badai tropis yang diperkirakan terbentuk di Atlantik tahun ini dengan tujuh hingga sembilan akan menjadi topan. Musin topan di Atlantik AS mulai 1 Juni, tetapi para pakar mengatakan bahwa aktivitas angin siklon biasanya mencapai puncak sekitar Agustus-Oktober. Harga minyak mengalami penurunan pekan lalu karena para pelaku pasar khawatir permintaan minyak anjlok di tengah situasi gejolak pasar keuangan dunia. Hal itu diperparah dengan kegagalan bayar atas pinjaman kredit perumahan di AS yang bisa memperbesar resiko gagal bayar. Para analis mengatakan, kekisruhan atas sektor perumahan di AS bisa berdampak buruk bagi ekonomi global.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007