Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Kamis pagi menurun tajam mendekati level Rp9.500 per dolar AS, karena pelaku pasar mulai panik, mereka memburu dolar AS di pasar domestik. Nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp9.478/9.485 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.398/9.422 per dolar AS atau turun 80 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan apabila kondisi ini masih berlangsung satu bulan hingga dua bulan, rupiah kemungkinan besar akan bisa mencapai level Rp10.000 per dolar AS. Tekanan pasar global yang menekan rupiah hingga mendekati level Rp9.500 per dolar AS sangat sulit untuk diatasi, katanya. Saat ini, menurut dia, pemerintah hanya bisa menunggu dan melihat perkembangan pasar uang global lebih lanjut. Meski sejumlah bank sentral baik dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia telah mengeluarkan dana cadangannya untuk mengantisipasi pergerakan tersebut, namun tekanan negatif pasar global masih menekan rupiah, katanya. Ia mengatakan, pemerintah saat ini hanya bisa memperkuat diri untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi agar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu juga menjaga fundamental ekonomi makro Indonesia agar tetap jalan dengan baik, ucapnya. Yang penting, menurut dia, pasar jangan panik berlebihan, karena bila terjadi maka dengan cepat rupiah terus terpuruk hingga mendekati level Rp10.000 per dolar AS. "Kami optimis pemerintah juga sedang memikirkan kondisi ini untuk menjaga indikator ekonomi tetap berjalan dengan baik," katanya. Merosotnya pasar saham regional merupakan salah satu faktor yang menekan rupiah, akibat gejolak pasar uang global. Namun gejolak tersebut mendukung yen menguat terhadap dolar AS dan euro masing-masing menjadi 116,40 dan 156,13. Hal ini disebabkan kekhawatiran gagal bayar kredit perumahan AS, katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007