Jakarta (ANTARA News) - Pelaku pasar saham tidak mengharapkan pemerintah terlalu banyak melakukan intervensi terhadap gejolak pasar saham yang terjadi akhir-akhir ini. Pelaku pasar dari PT Bapindo Bumi Sekuritas, Harry Kurniawan, kepada ANTARA di Jakarta, Kamis, mengatakan pemerintah tak bisa melakukan intervensi di pasar saham, yang bisa mereka lakukan adalah penerapan regulasinya. "Gejolak pasar saham ini disebabkan oleh faktor global (sub-prime mortgage di AS), sementara kondisi dalam negeri tidak ada perubahan dan jika pemerintah terlalu banyak mengatur justru akan membuat pelaku pasar lari," jelasnya. Menurut dia, gejolak yang terjadi saat ini ini hanya berlaku di pasar saham dan uang. "Inikan hanya terjadi di pasar saham dan uang, sementara sektor riil tidak terjadi apa-apa," katanya. Dia berharap pemerintah memberikan kepastian hukum menyangkut kepastian investasi, sehingga sektor riil akan bergerak dan menjadi pendorong utama pergerakan saham di bursa efek. "Pada pemerintahan saat ini pertumbuhan ekonomi, investasi dan sektor riil boleh dibilang datar-datar saja, yang spektakuler hanya dari masuknya dana-dana jangka pendek, dan faktor itulah yang mendorong pasar saham naik tinggi," ungkap Harry. Dengan ditingkatkannya anggaran pemerintah terhadap beberapa pembangunan infrastruktur, katanya, langkah ini diharapkan dapat menunjang bergeraknya sektor riil di Indonesia. "Saat ini pasar kita mudah terprovokasi dari eksternal, karena kenaikan indeks didorong masuknya dana jangka pendek yang sewaktu-waktu bisa ditarik. Untuk itu, perlu adanya pendorong pasar dalam jangka panjang dan tak mudah goncangan," kata Harry. Ia mengemukakan hal ini menanggapi pidato penyampaian Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan anggota DPR Kamis ini. Menurut Presiden, beberapa hari terakhir ini pasar saham dan uang Indonesia melemah akibat gejolak pasar saham dunia yang diakibatkan runtuhnya pasar `sub-prime mortgage` di AS. Dalam menghadapi ini, pemerintah akan melakukan langkah antisipasif, dengan memperkuat koordinasi kebijakan antara otoritas fiskal dan moneter guna meningkatkan kesiagaan terhadap krisis pasar saham ini. "Saya yakin, dengan kekuatan fundamental ekonomi dan keuangan kita, cadangan devisa yang telah kita pupuk selama ini, serta dengan langkah-langkah perkuatan yang kita lakukan, `insya Allah; gejolak ini akan dapat kita lewati dengan dampak seminal mungkin," kata Kepala Negara. Selain itu, pemerintah juga berharap pada negara-negara maju membuat langkah-langkah yang dapat menahan gejolak di pasar saham. "Kondisi saat ini kembali mengingatkan kita bahwa globalisasi, selain membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan, juga mengandung resiko-resiko yang perlu kita waspadai," tegas Yudhoyono. Pada penutupan sesi pagi, Kamis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) ditutup anjlok hingga di bawah level 2.000, yakni turun tajam 127,750 poin atau 6,30 persen menjadi 1.901,3333, sedangakan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan juga mengalami koreksi 28,827 poin atau 6,87 persen ke posisi 391,037. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007