Makassar (ANTARA News) - Jumlah warga penderita lumpuh akibat menyelam melebihi batas kedalaman yang disyaratkan tanpa peralatan memadai akan terus bertambah, jika warga di Kelurahan Pulau Barranglompo, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, masih menggunakan alat kompresor untuk meyelam mencari tripang. "Jumlah penderita lumpuh akibat menyelam mencari tripang dengan menggunakan alat kompresor pasti akan terus bertambah, jika mereka tidak menggunakan prosedur yang telah kita tetapkan," ungkap Ketua Rehabilitasi Bersumber daya Masyarakat (RBM) kota Makassar, dr Robert V. Philps, MARS, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Minggu. Kendati tidak menyebutkan jumlah penderita lumpuh, Robert mengatakan jumlah itu akan terus bertambah setiap bulannya dan bisa mencapai ratusan orang setiap tahunnya. Menurut Robert, sosialisasi tidak cukup untuk menekan jumlah penderita lumpuh didaerah tersebut, karena yang dibutuhkan para nelayan pencari tripang adalah penyediaan alat penyelam sesuai dengar prosedur keamanan dan keselamatan. Seorang nelayan tripang, Burhanuddin ( 32), mengaku dirinya menderita lumpuh sejak enam bulan terakhir. Untuk menghidupi keluarganya bapak tiga anak ini sering ikut di Kapal Motor (KM) Lima Jaya untuk mencari tripang dan menyelam hingga pada kedalaman 19 hingga 20 meter selama satu menit sampai setengah jam di dalam laut dan itu dilakukan berkali-kali hingga dirinya bisa mengumpulkan tripang berkarung-karung. "Mencari tripang itu tidak gampang, butuh waktu lama di dalam laut dengan peralatan seadanya seperti kompresor. Kalau ikut prosedur seperti menggunakan alat selam, kita mau beli pakai apa? penghasilan dari menangkap tripang saja hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari," jelas Burhanuddin yang terbaring lemas di atas tempat tidurnya. Karena masalah ekonomi, selama dirinya menderita lumpuh warga RW II, Pulau Barranglompo ini tidak ke dokter, untuk mengobati kedua kakinya agar tidak terasa sakit sehingga ia hanya menggunakan obat tradisional yang diracik oleh keluarganya. Kompresor yang digunakan itu dibuat sendiri dengan menggunakan selang udara yang disambungkan ke mesin pemompa udara sebagai alat bantu pernapasan selama di bawah laut. Selain itu, mereka juga sering menggunakan potasium untuk menangkap ikan sehingga sering menghirup zat kimia tersebut saat menyelam. Data yang berhasil dikumpulkan ANTARA di pulau tersebut, tercatat dari jumlah penduduk di Pulau Barranglompo sebanyak 3.739 orang, sekitar 880 orang di antara mereka menderita lumpuh dan 24 orang lumpuh akibat menyelam mencari tripang. Pada umumnya, nelayan tradisional itu mengalami lumpuh anggota badan akibat aktivitas penyelaman yang dilakukan tanpa alat memadai, lumpuh anggota badan yang dialami nelayan itu menyerang mulai pinggang ke bawah, termasuk kedua belah kaki. Akibat kelumpuhan yang diderita, mereka terpaksa tidak bisa kembali melaut, kendati demikian ada pula nelayan yang masih nekad melaut karena harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007