Jakarta (ANTARA News) - Kurs Rupiah Selasa pagi kembali melemah hingga mencapai level Rp9.400 per dolar AS, setelah sempat menguat akibat bank sentral AS (The Fed) menurunkan suku bunga diskonto. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.435/9.440 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.410/9.427 per dolar AS atau melemah 45 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova di Jakarta, mengatakan, sentimen positif dari penurunan suku bunga diskonto AS yang memicu rupiah menguat hanya bersifat sementara, pelaku pasar asing masih khawatir dengan gejolak pasar uang global tersebut. Karena itu, pelaku lokal kembali memburu dolar AS, sehingga rupiah terpuruk melewati angka Rp9.400 per dolar AS, katanya. Rupiah, lanjut dia, masih belum terbebas dari tekanan pasar global yang cenderung negatif, sekalipun Bank Indonesia (BI) telah masuk pasar memantau pergerakan rupiah. BI belum melakukan aksinya hanya memantau saja, sekalipun rupiah hari ini cenderung tertekan, katanya. Ia mengatakan, rupiah masih sulit untuk bisa menguat lebih lanjut, karena itu pasar uang domestik hanya menunggu dari sejumlah aksi bank sentral AS, Eropa dan Jepang dalam upaya memperbaiki kepercayaan masyarakat terhadap krisis gagal bayar sektor perumahan AS. Meski BI sendiri menilai rupiah masih "oke" karena berada dalam target yang ditetapkannya antara Rp8.500 sampai Rp9.500 per dolar AS, katanya. Di Pasar regional, menurut dia, sejumlah indeks cenderung merosot, kecuali indeks Nikkei yang naik 0,8 persen, kondisi ini juga menekan rupiah kembali melemah. Meski di pasar uang regional, yen menguat terhadap dolar AS, namun pelaku pasar masih tetap memburu dolar AS di pasar domestik, karena kekhawatiran terhadap pasar uang global masih tinggi, ucapnya. Dolar AS terhadap yen melemah 0,1 persen menjadi 114,75, euro turun terhadap dolar AS jadi 1,3460 dari 1,3475. Pelaku pasar saat ini juga menunggu pertemuan antara Ketua The Fed, Ben Bernanke dengan Senat AS yang akan membahas mengenai kondisi pasar uangnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007