Jakarta (ANTARA News) - Sebagian besar kepemilikan obligasi negara atau surat utang negara (SUN) yang dilepas oleh pihak asing diserap oleh investor institusional domestik sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan menyebabkan gejolak di pasar sekunder. "Meski terjadi penurunan kepemilikan oleh asing, ternyata obligasi negara yang dijual oleh pemegang asing itu sebagian besar diserap oleh pemain lokal yaitu investor institusi," kata Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto, di Jakarta, Rabu. Rahmat mengakui, kepemilikan asing atas SUN mengalami penurunan sejak Mei 2007 dan berlanjut hingga Juni, Juli, hingga pertengahan Agustus 2007. Pada Mei 2007, kepemilikan asing atas SUN mencapai sekitar Rp83 triliun, pada Juni sekitar Rp81,7 triliun, Juli sekitar Rp78,83 triliun dan pada 16 Agustus 2007 mencapai sekitar Rp74,3 triliun. Menurut Rahmat, yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa sebagian besar investor asing yang melakukan penjualan kepemilikan SUN-nya adalah "hedge funds". Mereka melakukan jual-beli obligasi negara memang hanya untuk berdagang saja, bukan untuk investasi yang sesungguhnya. "Karena itu mereka sangat oportunistik sekali, sementara yang `real money account` atau `real money investor` itu masih belum melepaskan kepemilikannya," jelasnya. Ia menyebutkan, obligasi negara yang dijual oleh pemilik asing itu diserap oleh investor institusi domestik seperti bank lokal, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan "mutual fund" (reksadana). Kepemilikan investor insitusi lokal itu menunjukkan adanya peningkatan bersamaan dengan pelepasan kepemilikan oleh asing. "Saya kira strategi yang dilakukan oleh investor institusional domestik itu sudah tepat. Di saat seperti itu memang moment terbaik untuk membeli instrumen investasi karena memang harganya murah," kata Rahmat.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007