Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) dan PT Pertamina sepakat pembelian bahan bakar pesawat jenis avtur dapat diangsur. "Sederhananya, pembelian avtur melalui Pertamina oleh maskapai domestik, nantinya bisa diangsur sesuai kesepakatan secara `b to b`," kata Ketua INACA, Rusdi Kirana, kepada pers usai pertemuan tertutup dengan Pertamina, di Jakarta, Rabu. Menurut Rusdi, selama ini pembelian avtur oleh maskapai penerbangan dibayar secara langsung ke Pertamina atau cash and carry. Dijelaskannya, target realisasi sistim kredit tersebut adalah Oktober tahun ini dan kini Pertamina sedang mengkaji sistimnya. Untuk bisa melakukan pembayaran avtur dengan sistem itu, maka maskapai penerbangan nasional harus melampirkan garansi dari pihak perbankan (bank guarantee). "INACA juga akan memberikan rekomendasi. Pada tahap awal kesepakatan ini hanya berlaku untuk anggota INACA, setelah itu non-anggota," katanya. Selanjutnya, ia mengemukakan, transaksi pembelian avtur dilaksanakan secara "bussines to bussines" (b to b) antara Pertamina dan masing-masing maskapai. Ditegaskannya, sistem pembayaran ini sangat menguntungkan perusahaan-perusahaan penerbangan antara lain terciptanya arus kas yang lebih terkelola. "'Cash flow' (arus kas) lebih terkelola, kita kan hidup dari itu," katanya. Rusdi mengatakan, margin keuntungan bisnis penerbangan relatif kecil sehingga sangat mengandalkan arus kas. Sementara, biaya avtur berkontribusi hingga 50 persen dari total biaya. Selain kemudahan pembayaran secara kredit, lanjut Rusdi, disepakati juga pembayaran secara terpusat. Nantinya, menurut dia, masing-masing perusahaan penerbangan tidak lagi membayar di depo avtur, tetapi dapat melalui perbankan pemberi garansi. "Jadinya, pengeluaran maskapai di cabang dapat dikontrol," katanya." Pembicaraan penerapan sistem kredit tersebut sebenarnya sudah dirintis dalam berbagai pertemuan antara INACA dan Pertamina sebelumnya, dan ia menambahkan, pihaknya memaklumi jika Pertamina sebelumnya masih mensyaratkan pembayaran langsung. Sementara itu, Deputi Direktur Pemasaran dan Distribusi PT Pertamina, Hanung Budya, pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa dalam satu bulan ke depan, rincian pelaksanaan penerapan sistem kredit itu akan digodok dahulu oleh Pertamina. "Penggodokan antara lain mencakup soal harga avtur dan tenggat waktu pembayaran," kata Hanung. Prinsip lainnya adalah syarat-syaratnya mengikuti praktek bisnis seperti biasanya. "Yang penting mampu bayar," kata dia. Perbankan yang akan digandeng, kata Hanung, diprioritaskan bank-bank pemerintah seperti Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Namun, ia mengemukakan, juga terbuka kemungkinan garansi diterbitkan bank swasta nasional. Untuk itu, lanjut dia, Pertamina akan meningkatkan kapasitas produksinya antara lain, avtur juga akan diproduksi di Kilang Balongan. Selama ini, avtur Pertamina diproduksi di kilang Dumai, Plaju dan Balikpapan. Selama ini avtur yang diserap untuk pengoperasian pesawat mencapai 2,5 juta kiloliter setiap tahunnya. Harga avtur di Jakarta saat ini sekitar Rp6000,- per liter dan di daerah-daerah berbeda tergantung rantai distribusinya. Hanung menambahkan, fasilitas pengisian avtur (refueller) akan ditambah sekitar 30 unit lagi dari ratusan unit yang sudah ada sekarang. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007