Jakarta (ANTARA News) - Listrik tenaga bayu (angin) dan tenaga gelombang arus laut, menurut Kepala BPPT Said D. Jenie, ditargetkan pada tahun 2010 akan menjangkau desa-desa yang selama ini belum mendapat aliran listrik. "Kami menargetkan energi bayu berkapasitas 100-200 kilowatt dengan teknologi material turbin yang kuat, ringan, dan ulet bisa mengaliri listrik ke desa-desa," kata Jenie kepada pers, di Jakarta, Rabu. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini BPPT sedang mencari teknologi material bahan turbin yang ringan agar bisa bergerak dengan kecepatan angin yang tidak terlalu besar, seperti yang ada di kebanyakan daerah di Pulau Jawa. Tantangan terbesar BPPT saat ini, menurut dia, adalah menemukan material turbin yang ringan dan bisa dibuat lebih panjang, agar bisa dipasang di Pulau Jawa yang kecepatan anginnya relatif rendah. Selain tenaga bayu, BPPT juga tengah mengkaji teknologi gelombang arus air laut untuk mengaliri listrik desa-desa di kawasan pesisir pantai. "Saat ini tengah dikembangkan pembangkit listrik berkekuatan 10-15 kilovolt untuk memasok listrik bagi pedesaan di kawasan pesisir," katanya. Jenie menegaskan, pada tahun 2010 kedua jenis energi terbarukan itu ditargetkan sudah bisa digunakan untuk mengalirkan listrik ke desa-desa, selain teknologi biofuel yang saat ini tengah dikembangkan. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie, sementara itu menambahkan, "Kami berharap dengan mengembangkan sistem pembangkit listrik bayu dan gelombang arus air laut, subsidi pemerintah untuk listrik bisa dihemat." "Dengan cara ini, kita tidak perlu lagi bergantung kepada energi besar-besaran dengan transmisi yang mahal," kata Menko Kesra mengacu pola distribusi listrik selama ini yang dari PLTU dan PLTA. Ia menambahkan, sekitar 30.000 desa di Indonesia saat ini belum mendapatkan aliran listrik. Dengan pengembangan teknologi berbahan dasar energi terbarukan, seperti bayu dan gelombang arus air laut, masih menurut Aburizal, pemerintah pusat akan memberi modal dasar, lalu pemerintah daerah membiayai operasional dan pemeliharaan alat. "Bahan baku energi yang gratis disediakan oleh alam, juga akan membuat harga listrik untuk pedesaan lebih murah," ujarnya. Menanggapi upaya pencarian teknologi material turbin yang ringan, Aburizal menyarankan BPPT untuk belajar dari ahli Amerika Serikat yang tercatat kini mempunyai rekor turbin teringan. "Kita juga harus belajar dari India, karena negeri itu merupakan produsen turbin bayu terbanyak di seluruh dunia," kata dia.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007