Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Selasa pagi merosot tajam kembali di atas level Rp9.400 per dolar AS, pelaku pasar masih khawatir dengan prospek ekonomi AS. Nilai rupiah melemah menjadi Rp9.405/9.415 per dolar AS dibanding dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.375/9.385 atau turun 30 poin. Pengamat Pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan kasus Subprime Mortgage di Amerika Serikat masih menimbulkan kekhawatiran terutama terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS. Karena itu, pelaku lokal lebih cenderung memegang dolar AS ketimbang rupiah, meski Bank Indonesia (BI) menyatakan akan tetap menjaga rupiah, katanya. BI bahkan menyatakan rupiah diperkirakan akan kembali menguat ke level sebelumnya yaitu Rp9.000 per dolar AS, ujarnya. Jadi, lanjut Edwin Sinaga, merosotnya rupiah karena pelaku lebih khawatir terhadap ekonomi AS yang merupakan negara potensial bagi produk ekspor negara-negara utama Asia. Karena itu kasus Subprime Mortgage di AS sebenarnya masih belum reda, bahkan cenderung meningkat, ucapnya. Menurut dia, rupiah masih sulit untuk bisa menguat hingga bisa mencapai level Rp9.000 per dolar As, karena situasi pasar keuangan global masih belum normal. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali melemah hingga berada pada posisi Rp9.420 sampai Rp9.430 per dolar AS," katanya. Ditanya mengenai yen, menurut dia, menguat terhadap dolar AS menjadi 115,57 dari sebelumnya 116,13 yen, euro jadi 1,3633 dari 1,3645. Kenaikan yen terhadap dolar AS, karena pelaku lebih cenderung memegang yen, karena khawatir kasus gagal bayar sektor perumahan AS masih belum reda, katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007