Brisbane (ANTARA News) - Kapal ikan "Harapan Bahagia" asal Probolinggo, Jawa Timur, yang ditangkap otoritas Australia pertengahan Agustus lalu ketika masih berada di zona penangkapan ikan RI sendiri, akhirnya dilepas pihak Australia dan kini sudah berada di perairan Indonesia. "Kemarin (28/8), pemilik kapal, Ationg, menghubungi kita bahwa kapalnya sudah masuk perairan Indonesia," kata Sekretaris I Konsulat RI Darwin, Teguh Wiweko, kepada ANTARA News yang menghubunginya dari Brisbane, Rabu. Kapal jenis "ice boat" itu dibawa pulang ke Indonesia oleh 10 orang ABK-nya yang sempat ditahan di wilayah Northern Territory (NT) selama sembilan hari. Teguh mengatakan, pemilik dan ke-10 awak kapal memilih untuk lebih cepat pulang sembari mengupayakan kemungkinan pemberian ganti rugi oleh pihak Australia kepada mereka akibat penangkapan dan penahanan itu. Namun, Pejabat konsuler KBRI Canberra, Yugama Muchtar, yang dihubungi secara terpisah enggan menjawab apakah pihaknya sudah mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti kemungkinan tuntutan ganti rugi bagi para nelayan Indonesia itu. Kasus kapal ikan Indonesia yang ditangkap otoritas Australia ketika masih berada di perairan Indonesia, seperti yang menimpa "Harapan Bahagia" asal Probolinggo ini, bukanlah kejadian yang pertama. ANTARA News mencatat, setidaknya beberapa kapal ikan Indonesia lainnya juga pernah ditangkap kapal patroli Australia saat mereka masih di kawasan perairan Nusantara. Empat diantaranya adalah Kapal Nelayan "Nurius", "Sari Jaya", "Tidak Baik", dan "Teguh Kaya Abadi". Kapal Nelayan "Nurius" dengan nakhoda, George Elis, ditangkap di posisi 9.47-371 S dan 129.16-102 E. Kapal Nelayan "Sari Jaya" yang dinakhodai, Lukman, ditangkap di posisi 9.47-371 S dan 129.16-102 E, "Tidak Baik" yang dinakhodai Benoni ditangkap di posisi 10.01-800 S dan 128.56-300 E. Kemudian Kapal Nelayan "Teguh Kaya Abadi" dengan kapten, Antonius Tan, ditangkap ketika berada di perairan Indonesia dengan posisi 10.28-500 S dan 128.11-060 E sesuai dengan data perangkat `Global Positioning System` (GPS) yang dimiliki kapal-kapal itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007