Pekanbaru (ANTARA News) - Sejumlah relawan yang tergabung dalam Animals Warrior menyelamatkan sejumlah satwa terlantar yang turut menjadi korban bencana gempa dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Saat ini ada lima relawan yang sudah berada di Kota Palu, mereka sudah seminggu di sana. Rencananya dalam waktu dekat ada relawan yang akan berangkat lagi ke sana, termasuk dokter hewan," kata Novi Rofika salah satu relawan Animals Warrior kepada Antara di Pekanbaru, Minggu.

Ia menjelaskan relawan Animals Warrior yang kini berada di lokasi bencana berasal dari Yogyakarta, Jakarta dan Surabaya. Mereka sebelumnya juga membantu menyelamatkan satwa yang menjadi korban erupsi Gunung Agung di Bali.

Ia mengatakan relawan kini membuat posko dengan mendirikan tenda di halaman kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulteng di Jl. Prof. M. Yamin Nomor 19, Kota Palu.

"Karena ada satwa yang berada di sana tidak ditangani akibat gempa, dan berada di dalam kandang," katanya.

Ia menjelaskan relawan menyelamatkan satwa di lokasi bencana karena binatang juga punya hak hidup seperti halnya manusia. Relawan menemukan ada anjing peliharaan warga yang dalam kondisi lehernya dirantai dan kelaparan karena pemiliknya mengungsi.


Apabila kondisi tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan dampak negatif juga bagi manusia dan lingkungan. Sebabnya, hewan yang kelaparan bisa menjadi buas juga dan menyerang warga.

Selain itu, relawan juga akan menyisir mencari bangkai binatang untuk dimusnahkan. "Karena apabila dibiarkan, bangkai binatang bisa saja menularkan penyakit ke manusia. Biasanya bangkai binatang kita musnahkan dengan cara dibakar, atau kalau memungkinkan dikuburkan," katanya.

Ia mengatakan relawan Animals Warrior juga menggalang dana lewat situs kitabisa.com yang menerima donasi dari semua pihak. Berdasarkan pengalaman, hewan peliharaan yang sudah diselamatkan akan didata dan dikembalikan kepada pemiliknya.

"Biasanya, pemiliknya nanti akan menjemputnya," kata Novi.*

Baca juga: Desa Jonooge Kabupatean Sigi masih terisolir

Baca juga: 50 hunian sementara akan dibangun di Desa Lolu



 

Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2018