Juba (ANTARA News) - Tahanan rusuh dan menyita senjata di pusat penahanan di ibu kota Sudan Selatan, Juba, pada Minggu dinihari, kata sumber keamanan dan penduduk setempat.

Tahanan mengatakan kepada Voice of America melalui telepon bahwa mereka menuntut pembebasan tahanan politik.

Perusuh itu terjebak dalam kebuntuan dengan penjaga dan pusat tersebut, yang disebut Rumah Biru, ditutup, kata sumber keamanan.

Juru bicara pemerintah Sudan Selatan tidak bisa dihubungi diminta tanggapan.

Sudan Selatan dicekam perang sejak akhir 2013 ketika persaingan Presiden Salva Kiir dengan mantan wakilnya, Riek Machar, memburuk menjadi bentrokan di antara pendukung mereka serta kemudian menjadi perang saudara.

"Tahanan mengambil alih sarana itu dari dalam dengan bantuan beberapa petugas," kata sumber keamanan tersebut kepada Reuters.

Baca juga: Presiden, pemimpin pemberontak Sudan Selatan tanda tangani perjanjian perdamaian

Voice of America menyatakan, pusat itu menahan 400 tahanan dan setengahnya bergabung dengan kerusuhan tersebut.

Pada bulan lalu, pemerintah Kiir menandatangani perjanjian perdamaian dengan lawannya untuk mengakhiri perang, yang menyengsarakan seperempat dari 12 juta penduduk negara itu dan menghancurkan perekonomian.

Pada 1 Oktober, juru bicara Presiden, Ateny Wek Ateny, mengatakan kepada penyiaran setempat, Radio Tamazuj, bahwa semua tahanan politik sudah dibebaskan, di bawah ketentuan perjanjian terpisah.

Editor: Boyke Soekapdjo

Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
COPYRIGHT © ANTARA 2018