Baghdad (ANTARA News)- Paling tidak 200 wartawan dan karyawan media tewas di Irak sejak invasi yang dipimpin AS di negara itu Maret 2003, kata kelompok pengamat pers Wartawan Tanpa Perbatasan (RWB) yang berpusat di Paris dalam sebuah pernyataan, Jumat. Pembunuhan Anwar Abbas Lafta, serang penerjemah jaringan televisi AS CBS pekan ini menambah jumlah karyawan media yang tewas di Irak menjadi 200 orang, kata pernyataan itu, seperti dilaporkan AFP. Mayat Lafta ditemukan Senin lima hari setelah ia diculik di Baghdad. Paling tidak 49 wartawan dan pekerja media tewas sejak awal tahun 2007, kata organisasi itu. Pernyataan itu mengatakan 73 persen dari wartawan yang tewas adalah yang jadi sasaran langsung. "Ini jauh lebih tinggi ketimbang perang-perang sebelumnya, di mana wartawan terutama sekali jadi korban akibat cedera tambahan dan peluru-peluru nyasar," kata kelompok itu. Delapan puluh persen dari mereka yang tewas adalah wartawan Irak akibat serangan kelompok-kelompok bersenjata. Sebagian besar dari para korban bekerja untuk organisasi-organisasi media asing. "Wartawan-wartawan Irak dibunh oleh kelompok-kelompok perlawanan atau milisi yang marah karena liputan mereka atau secara ideologi menentang para majikan mereka. Yang lainnya terperangkap dalam baku tembak. "Sebagian besar dari 200 karyawan media yang tewas itu terjadi di Baghdad (110 kasus) atau dekat ibuota itu (34 kasus) . Sedangkan sisanya 45 kasus terjadi di utara neara itu, sebagian besar di kota-kota Mosul dan Kirkuk," kata pernyataan itu. Lebih banyak wartawan juga disandera di Irak ketimbang di tempat-tempat lain di dunia, katanya. Sejumlah 84 wartawan dan pekerja media-- 64 persen dari mereka adalah warga Irak--diculik dalam empat tahun belakangan ini, kata pernyataan itu dan menambahkan hanya sekitar separuh dari mereka dibebaskan. Paling tidak 27 orang menjadi korban pembunuhan , dan 14 orang masih ditahan oleh para penculik. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007