Tokyo (ANTARA News) - Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB) berada di Jepang selama lima hari guna mempelajari sistem peringatan dini bencana alam Jepang yang terbaru. "Kerja sama dengan Jepang ini perlu terus ditingkatkan, mengingat kondisinya yang sama-sama rawan bencana alam. Terlebih mengenai kecepatan pendeteksian kekuatan gempa dan koordinasi penanggulangan bencananya," kata Kepala Pelaksana Harian Bakornas PB Syamsul Ma`rif di Tokyo, Sabtu. Dengan demikian, katanya, deteksi dini yang akurat dapat memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi bencana alam, terlebih menghindari jatuhnya korban gempa lebih besar. Selama di Jepang, ujarnya, Bakornas juga akan mengunjungi sejumlah instansi yang terkait dengan masalah penanganan bencana alam. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mulai 1 Oktober 2007 akan mengoperasikan sistem peringatan dini gempa bumi terbaru yang bisa langsung diketahui dari rumah-rumah penduduk sebelum bencana tersebut menimpa Jepang. Percobaan terhadap penggunaan sistem peringatan gempa terbaru itu memungkinkan Jepang memperkirakan besaran kekuatan guncangan gempa sebelum betul-betul menerjang suatu wilayah atau kawasan Sistem peringatan bencana terbaru itu juga langsung memberi peringatan melalui televisi dan radio. Percobaan tersebut dilakukan di rumah-rumah yang diudarakan secara online. Saat ujicoba sistem tersebut juga menerima sekitar 116 ribu gambaran (gempa) dari seluruh dunia. Indonesia sendiri berada di jalur vulkanik yang berarti berada di kerak bumi yang aktif dimana tiga hingga lima lempeng bumi bertemu, sehingga membuatnya rentan dengan bencana gempa bumi. Sejak bencana tsunami melanda Aceh pada Desember 2004, yang letaknya di triple-junction antara Lempeng Eurasia, India, dan Australia, dasar laut di sekitar episentrumnya naik 20-30 meter.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007