Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan saat ini hampir 40 persen Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) habis digunakan untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan membayar cicilan hutang beserta bunganya. "Sekitar 40 persen anggaran habis, yakni Rp100 trilyun untuk subsidi BBM, kemudian bayar cicilan dan bunga hutang, total hampir Rp300 trilyun. Itu 40 persen, larinya kesitu," kata Wapres M Jusuf Kalla saat berdialog dengan para pengusaha pada Orientasi Pengusaha Nasional di Jakarta, Rabu. Oleh karena itu, tambahnya, pemerintah mengambil kebijakan agar subsidi BBM bisa dikurangi. Salah satunya dengan kebijakan konversi minyak tanah ke gas LPG. Namun, kebijakan yang bermaksud baik tersebut, tetap saja mendapatkan reaksi dan protes keras dari masyarakat. Meskipun demikian, Wapres menegaskan kebijakan konversi tersebut tetap akan dijalankan. Dan tidak boleh berhenti hanya karena banyaknya demo. "Tapi namanya bangsa ini, apapun kebijakan yang diambil selalu saja salah. Subsidi tinggi, salah, subsidi dikurangi salah. Tapi pemerintah melihat itu hanya pandangan, jadi tetap jalan," kata Wapres. Wapres mengakui bahwa jika ingin maju, bangsa Indonesia harus mampu mengatasi semua kendala yang ada. Kendala seperti bayar cicilan hutang, tambah Wapres harus tetap dihadapi. Karena itu, tambahnya dalam pemerintahan saat ini anggaran mulai diubah. Jika sebelumnya belanja rutin yang naik tinggi, maka saat ini justru belanja modal dan untuk infrastruktur yang dinaikan. Wapres meminta para pengusaha untuk bisa mengambil peran aktif dalam memajukan bangsa. "Kita butuh para pengusaha yang baik. Ekonomi akan tumbuh jika para pengusahanya tumbuh," kata Wapres. Menurut Wapres, pengusaha akan tumbuh baik jika didukung oleh pemerintahan yang stabil dan kuat. Indonesia, tambahnya akan bisa tumbuh ekonominya jika ada pemerintahan yang solid, didukung DPR dan para pengusaha. "Partai apa yang bisa seperti itu ?, gabungkan pemerintahan yang kuat dan didukung DPR serta para pengusaha ?. Hanya Partai Golkar," kata Jusuf Kalla seolah kampanyekan partainya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007