Jakarta (ANTARA News) - Salah satu agenda pembicaraan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam lawatannya ke Indonesia, Kamis, ialah membicarakan peningkatan hubungan perdagangan kedua negara. Masalah peningkatan hubungan perdagangan itu telah lama disadari potensinya oleh para pengusaha kedua negara, namun masih terhadang banyak kendala. "Perdagangan kita masih sangat di bawah potensi yaitu jumlahnya hanya sekitar 680 juta dollar AS. Dan ini sangat kecil dibandingkan potensi yang ada. Potensi perdagangan kedua negara sangat besar dan perlu ditingkatkan," kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal. Karena itu, kata Dino, ada keinginan untuk meningkatkan target perdagangan mencapai 1 miliar dolar AS dalam waktu dekat. "Dan saya yakin ini dapat tercapai," katanya. Kedua negara ini, katanya, sangat berkepentingan untuk meningkatkan hubungan dagang, menyusul terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi di dua negara. Indonesia tumbuh sekitar enam persen, dan Rusia tumbuh 6,6 persen. "Ekonomi negara itu (Rusia) mencapai 730 miliar dolar AS per tahun sehingga potensinya sangat besar untuk ditingkatkan," katanya. Keyakinan bahwa peningkatan kerjasama dapat ditingkatkan, diutarakan Dino, terlihat dari komitmen Rusia untuk memberikan pinjaman lunak kepada Indonesia untuk membeli peralatan militer dari Rusia. Sementara itu, Ketua Kadin Indonesia Komite Rusia dan CIS (Commonweath of Independent States) Didie W Soewondho kepada wartawan baru-baru ini mengatakan, Rusia bisa jadi harapan baru bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Dikatakan Didie, produk-produk Indonesia sudah ada di Rusia, walau masih dilakukan negara ketiga seperti Polandia dan Bulgaria. Indonesia mengekspor komoditi perkebunan seperti teh, kopi, dan minyak sawit mentah serta hasil industri pengolahan, seperti garmen dan elektronika, sementara Rusia mengekspor metalurgi dan kimia. Menurut Didie, kedua negara bertekad membuat nilai perdagangan berlipat ganda dalam beberapa tahun mendatang menjadi sekitar 2,5 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia diharapkan mencapai 1,3 miliar dolar AS, sementara ekspor Rusia menjadi sekitar 1,2 miliar dolar AS. Hambatan dan Peluang Hubungan bilateral ekonomi dan perdagangan antara Rusia dan Indonesia sebetulnya telah menunjukkan kecenderungan positif, dengan kedua negara memiliki ketertarikan untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, seperti perdagangan, ekonomi, investasi, penelitian, serta perluasan kontak di kalangan pengusaha. Data statistik Dinas Kepabeanan Federal Rusia seperti dikutip situs Kedubes Rusia di Jakarta, www.indonesia.mid.ru, menyebutkan bahwa total nilai perdagangan kedua negara pada 2006 sebesar 607,2 juta dolar AS atau naik 10,1 persen dibandingkan dengan tahun 2005. Disebutkan bahwa ekspor Indonesia ke Rusia tahun 2006 adalah sebesar 186,9 juta dolar AS atau turun 7,7 persen dibandingkan dengan tahun 2005, sementara impor Indonesia dari Rusia sebesar 420,3 juta dolar AS atau naik 20,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Total neraca perdagangan pada periode January-Maret 2007 tercatat sebesar 179,3 juta dolar AS atau naik 60 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 yaitu 111,9 juta dolar AS. Itu, termasuk ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 63,4 juta dolar AS atau naik 77 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2006 yaitu 35,7 juta dolar AS. Sementara itu, data statistik Indonesia yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka berbeda, yakni total perdagangan pada periode Januari-Oktober 2006 tercatat sebesar 551,7 juta dolar AS, turun 5,05 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2005 yaitu 581,1 juta dolar AS. BPS mencatat bahwa nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada tahun 2006 untuk periode Januari-Oktober sebesar 202,5 juta dolar AS, turun 6,41 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2005. Nilai impor Indonesia dari Rusia pada 2006 periode Januari-Oktober tercatat sebesar 349,3 juta dolar AS, turun 4,24 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam perdagangan luar negeri Indonesia, Rusia menempati urutan ke-34 sebagai pasar ekspor dan urutan ke-23 sebagai pasar impor Indonesia. Situs Kedubes Rusia menyebutkan terdapat beberapa hambatan dalam perdagangan Indonesia-Rusia, antara lain kontak dagang antar pengusaha kedua negara masih relatif rendah karena belum intensifnya kunjungan dagang dari kedua belah pihak. Dikatakan bahwa pengusaha Indonesia belum begitu tertarik mengikuti pameran dagang yang diselenggarakan di Rusia, ditambah dengan biaya perjalanan untuk melakukan penjajakan pasar relatif besar, sedangkan kontrak pembelian belum tentu ada. Hambatan lainnya, adanya kebijakan mengenai pengawasan arus keluar masuk valuta asing serta pelaksanaan kebijakan pungutan bea cukai kurang transparan di Indonesia, dengan pengusaha yang mempunyai akses terhadap pejabat bea cukai akan mendapat keuntungan dibandingkan dengan pengusaha yang tidak mempunyai akses. Disebutkan pula mengenai masih banyaknya kebijakan di antara kedua negara yang cenderung bersifat "barrier to entry" seperti keharusan untuk mencantumkan label atau notasi-notasi lainnya serta tidak dimungkinkannya pembayaran pajak dengan mata uang asing yang kuat, sehingga dunia usaha sangat dirugikan dari segi nilai tukar. Kedubes Rusia juga menyebutkan bahwa para importir di kedua negara masih enggan melakukan pembayaran dengan sistim L/C ("letter of credit") karena pembayaran dengan L/C akan dibebani bunga, serta kurangnya hubungan antara bank komersial kedua negara dalam memberikan jaminan atas pembayaran. Didie W Soewondho membenarkan bahwa salah satu hambatan perdagangan dan investasi bagi kedua negara ada di sektor perbankan. Namun, kata dia, hal itu sudah bisa diatasi dengan adanya kerja sama antara Bank Mandiri dan bank terbesar kedua Rusia, Vneshtorg Bank, sebagai bank koresponden. Sementara dari sisi peluang, terlihat bahwa pasar Rusia memberikan peluang yang cukup besar bagi berbagai produk ekspor Indonesia. Besarnya peluang tersebut secara indikatif ditunjukan oleh kinerja perekonomian Rusia yang semakin baik dan cenderung semakin berkembang, dengan tingkat pendapatan per kapita saat ini sekitar 12 ribu dolar AS. Jumlah penduduk Rusia yang cukup besar yakni 141,37 juta jiwa dengan 36 persen penduduknya adalah kelas menengah merupakan pasar yang potensial bagi ekspor Indonesia. Pihak Rusia juga mencatat bahwa produk Indonesia yang berpeluang ditingkatkan ekspornya di pasar Rusia antara lain mesin dan alat listrik, minyak sawit, teh, kopi, kakao, tembakau, alas kaki, pakaian dan barang dari kayu.(*)

Oleh Oleh Yuri Alfrin Aladdin
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007