Jakarta (ANTARA News) - Korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, Hizkia Jorry Saroinsong (23), punya cita-cita besar semasa hidup.

"Dia pengen supaya Indonesia maju dan generasi milenial akan melakukan hal-hal yang besar," kata ayah Hizkia, Johan Harry Saroinsong (56), di Rumah Duka Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta, Sabtu.

Johan mengatakan anaknya punya pemikiran besar, sangat aktif berorganisasi, berjiwa sosial, komunikatif dan humoris.

Ia mengenang percakapan terakhir menyenangkan bersama Jorry saat makan malam bersama sebelum Jorry berangkat. Ketika itu mereka membicarakan beberapa hal, termasuk soal akademis.

"Saya jadi pengagumnya dia sebenarnya, secara diam-diam," tutur dia.

Johan mengaku merasa terpukul pada dua hari pertama setelah peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10). Namun selanjutnya dia berusaha tegar menerima kenyataan, bahwa dia telah kehilangan satu dari dua anaknya.

Dia berharap selanjutnya ada perubahan lebih baik pada manajemen dan bisnis maskapai penerbangan serta pelayanan, kenyamanan dan keamanan penerbangan sehingga kecelakaan seperti yang terjadi pada pesawat Lion Air yang terbang dari Bandara Soekarno-Hatta (Banten) menuju Pangkalpinang (Kepulauan Bangka Belitung) itu tidak sampai berulang.

Hingga Sabtu sore, keluarga, teman kuliah serta tetangga masih berdatangan ke rumah duka untuk melihat Jorry untuk terakhir kali.

Baca juga:
Jenazah Hizkia Jorry Saroinsong dimakamkan Senin
Keberhasilan mengidentifikasi Hizkia dinilai mukjizat

 

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2018