Jakarta (ANTARA News) - PT East West Seed Indonesia (Ewindo) berkerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) Kementerian Pertanian meluncurkan varietas unggul kacang hijau unuk mewujudkan program mencegah stunting (tumbuh kerdil) akibat gizi buruk.

"Sebagai tahap awal, kami menargetkan penjualan varietas VIMA 1 sebanyak 60 ton di 2019, sedangkan dalam lima tahun ke depan bisa mencapa 1.800 ton atau 30 persen kebutuhan benih nasional," kata Managing Director Ewindo, Glenn Pardede di Jakarta, Rabu, dalam diskusi bertajuk "Benih Unggul untuk Mensejahterakan Petani, Meraih Ketahanan Pangan dan Pencapaian Nutrisi".

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), tanaman kacang-kacangan bisa menjadi salah satu solusi ketahanan pangan, karena mampu menghadapi perubahan iklim serta memiliki sumber protein nabati yang tinggi dan jauh lebih murah daripada protein hewani.

Glenn menjelaskan kacang hijau adalah tanaman penting di Indonesia yang memiliki nutrisi tinggi dan kemampuan untuk bertahan di tanah kering, khususnya di Indonesia Timur.

Konsumsi domestik kacang hijau saat ini sekitar 280.000 ton per tahun, dengan rata-rata kepemilikan lahan 0,5 hektare per petani dan rata rata produktivtas 0,8-1 ton per hektare.

Di Indonesia, 86 persen dari pasokan domestik diproduksi oleh Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTB, dan NTT, jelas Glenn dalam diskusi yang diselenggarakan pemerintah Australia dan PRISMA (Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture).

Glenn mengatakan, dalam satu dekade terakhir, kacang hijau sedang mengalami tren penurunan produktivitas. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas kacang hijau di petani, diantaranya adalah sekitar 54 persen petani masih menggunakan kacang hijau konsumsi dari pasar tradisional sebagai benih untuk ditanam.

Sementara sejumlah petani lainnya membeli benih untuk ditanam dari toko pertanian namun benih tersebut juga adalah kacang hijau untuk konsumsi. Sedikit sekali toko pertanian yang menjual benih unggul bersertifikat.

Jika dihitung dari konsumsi kacang hijau di Indonesia, kebutuhan benih kacang hijau lebih kurang 6.000 ton atau sekitar Rp122 Miliar per tahunnya. Dan sampai saat ini ketersediaan benih berkualitas tinggi masih sangat rendah, ungkap Gleen.

Glenn Pardede mengatakan, peluncuran benih ini sebagai upaya untuk meningkatkan produksi kacang hijau yang sejalan dengan agenda peningkatan ketahanan pangan dan gizi nasional Pemerintah Indonesia.

Menurut Rudi Iswanto, selaku pemulia kacang hijau di BALITKABI, Varietas VIMA 1?memiliki keunggulan di antaranya umur genjah, panen serempak, dan potensi hasil yang tinggi mencapai 1,76 ton per hektare.

Di samping itu, varietas ini juga memiliki ketahanan terhadap penyakit embun tepung yang pada umumnya merugikan petani di masa tanamnya.

"Sebagai satu-satunya perusahaan produsen benih kacang hijau, kami berharap mendapatkan dukungan dari semua pemangku kepentingan dalam hal peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kacang hijau di Indonesia melalui penggunaan benih kacang hijau berkualitas," ujar Glenn.

Glenn juga mengatakan varietas unggul ini memiliki kemampuan tumbuh di lahan marjinal dan kekurangan air, untuk itu sebagai tahap awal akan dibudidayakan di NTT, baru kemudian ke daerah lainnya di seluruh Indonesia.

Gizi tinggi

Indonesia terbilang masih rendah dalam sisi konsumsi kacang hijau, meskipun tanaman ini kaya akan kandungan gizi yang tinggi. Kacang hijau juga merupakan salah satu sumber protein nabati yang paling baik. Berdasarkan data US Departement of Agriculture, dalam 100 gram kacang hijau terdapat 23 gram protein.

 Angka ini termasuk cukup tinggi bila dibandingkan dengan bahan makanan pokok lainnya seperti beras yang memiliki kandungan protein 7,6 gram, jagung 9,8 gram dan gandum 7,3 gram. Selain kandungan protein yang tinggi, kacang hijau juga memiliki kandungan serat tinggi sebesar 16,6 gram dalam setiap 100 gram-nya dan memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lengkap.

Dengan kandungan dan nilai gizi yang tinggi, kacang hijau bisa menjadi sebagai salah satu sumber utama bahan makanan yang bermanfaat bagi kesehatan dan dapat mencegah terjadinya stunting.

Merujuk data dari World Health Organization (WHO) 2017, di Indonesia tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita adalah penderita stunting atau sekitar 35,6 persen. Sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Ini juga yang mengakibatkan WHO menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk.

"Niat kami melakukan ekspansi ke komoditas kacang hijau tersebut, salah satunya untuk mendongkrak konsumsi kacang hijau yang masih rendah di Indonesia terutama untuk pemenuhan gizi di masyarakat. Hal ini pun sejalan dengan program pemerintah yang tengah menggalakkan program nasional mengurangi tingginya angka "stunting" sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia kedepannya," ujar Glenn Pardede.

Baca juga: Balitbangtan lepas varietas kacang hijau VIMA 4 dan VIMA 5
Baca juga: Makanan penangkal masalah jantung

 

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Ganet Dirgantara
COPYRIGHT © ANTARA 2018