Jakarta (ANTARA News) - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengimbau semua pihak menghentikan seluruh tindakan yang berkategori korupsi selama bulan suci Ramadhan bagi Umat Islam karena perbuatan itu akan membatalkan puasa seseorang. "Dengan tidak melakukan korupsi selama sebulan diharapkan akan menumbuhkan kesadaran agar tidak melakukannya pada bulan lain. Berpuasa korupsi harus menjadi tekad semua orang, khususnya yang menjalankan ibadah puasa saat Ramadhan," kata Anggota BPK Baharuddin Aritonang saat meluncurkan buku "Orang Batak Berpuasa" di Gedung BPK Jl Gatot Subroto Jakarta, Selasa. Dalam buku yang diterbitkan Kelompok Penerbit Gramedia (KPG) ini, Aritonang mengulas kebiasaan orang Batak dalam berpuasa, yang dimulai dari kegiatan menjelang puasa (dalam tradisi Batak disebut Mangampir) maupun saat berpuasa. "Sesungguhnya agak sulit mengklasifikasi buku ini. Dibilang otobiografi, bisa jadi iya karena didasarkan pada pengalaman hidup. Tetapi dibuat dalam bentuk `penggalan-penggalan; yang enak dibaca (tentu saja perlu)," katanya. Aritonang juga meramu isi bukunya dengan berbagai catatan yang memberi tambahan ilmu kepada pembacanya. Sama halnya dengan buku "Orang Batak Naik Haji", buku "Orang Batak Berpuasa" juga dilengkapi banyak catatan, misalnya, catatan atas adat-istiadat, flora-fauna, peribadatan dan sebagainya. Ketika berbicara tentang memasak lemang--dengan sub judul Mangalomang-- diceritakan pula mengenai jenis bambu serta manfaatnya. Dengan puasa, maka tindakan yang merusak alam juga harus dihentikan. "Kita selalu mendengungkan makna puasa yang tidak hanya menahan lapar dan dahaga. Berpuasa terhadap perbuatan lainnya yang merusak esensi puasa itu pun semestinya tidak dilakukan, termasuk korupsi," kata Aritonang dalam peluncuran buku yang juga dihadiri Wakil Ketua BPK Abdullah Zaini. Dengan kesadaran dan keikhlasan yang mendalam, puasa akan mencegah korupsi. "Audit tidak hanya sebatas laporan keuangan, tetapi juga dapat ditujukan atas kinerja dan untuk tujuan tertentu. Mengapa hal itu tidak dilakukan atas tindak-tanduk kita dan perhitungan atas kewajiban atas materi dalam bentuk zakat (mal atau fitrah)," kata Aritonang, mantan anggota DPR ini. Buku "Orang Batak Berpuasa" merupakan buku kedua Baharuddin Aritonang yang diterbitkan KPG. Sebelumnya, KPG menerbitkan "Orang Batak Naik Haji". Aritonang ketika menjadi anggota DPR juga menulis buku "Ketawa Ngakak di Senayan" dan "Dari Uang Rakyat sampai Pasien Politik" yang diterbitkan Pusata Pergaulan. Buku "Ketawa Ngakak di Senayan" menjadi salah satu referensi di Perpustakaan Kongres AS. "Suatu hari saya sangat surprise ketika Ketua DPR Agung Laksono menceritakan bahwa ketika berkunjung ke Perpustakaan Kongres AS, buku tersebut ditampilkan. Padahal seorang auditor BPK berkomentar kalau buku ini (pantasnya) bacaan di bis kota," katanya. Dr Parakitri Simbolon dari KPG mengemukakan, sebagai penerbit, pihaknya sangat jarang menghadiri peluncuran buku yang telah diterbitkan. Buku "Orang Batak Berpuasa" ini unik dan menarik karena tidak semata-mata bercerita soal kegiatan orang Batak yang menjalankan ibadah puasa, tetapi lebih luas dari hal itu, yaitu mengungkap catatan mengenai budaya dan antropologi yang penting masyarakat Batak.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007