Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Irak mengharapkan bantuan Indonesia untuk mengakhiri konflik di negara itu yang semakin membara. "Pemerintah Irak sangat mengharapkan bantuan Indonesia untuk mengakhiri konflik di Irak," kata Deputi Menteri Luar Negeri Irak Labeed Majeed Abbawi dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa. Abbawi berada di Indonesia untuk melakukan kunjungan selama empat hari yang berakhir Selasa (11/9). Selama di Indonesia, ia bertemu dengan pejabat-pejabat terkait untuk mecari bantuan dan dukungan untuk mengakhiri konflik di negeri hikayat Seribu Satu Malam itu. Jumpa pers yang dimoderatori oleh Direktur Timur Tengah Departemen Luar Negeri RI, Aidil Chandra Salim, itu dilakukan seusai kuliah umum yang disampaikan Abbawi, dan peresmian Pusat Studi Islam dan Timur Tengah (Center for Islamic dan Middle East Studies/CIMES)) di Universitas Al-Azhar Indonesia. Abbawi menjelaskan beragam masalah mengenai situasi terkini di Irak mencakup bidang politik, ekonomi, keamanan, dan sosial-budaya. Di bidang politik, ia menjelaskan, saat ini Irak telah memasuki era baru untuk membangun kehidupan demokrasi, menyusul perubahan konstitusi. Tentang konflik berkepanjangan, Abbawi menyalahkan gerilyawan Al-Qaedah dan milisi ilegal di negara tersebut. Ia berpendapat bahwa Al-Qaedah bukan memusuhi AS dan pasukan asing, tetapi selama ini sasaran mereka adalah warga Irak itu sendiri. "Mereka (Al-Qaeda dan milisi ilegal) melakukan serangan bom bunuh diri dengan target warga Irak dan bukan pasukan AS dan asing," katanya. Ditanya tentang rekomendasi Komandan Pasukan AS di Irak Jenderal David Petraeus untuk pengurangan 4.000 pasukan AS pada Desember mendatang dan 30 ribu lainnya pada Juli 2008, Abbawi tampak hati-hati menanggapinya. Menurutnya, sebetulnya pemerintah (Irak) tidak menginginkan pasukan asing selamanya berada di Irak, namun dikhawatirkan akan terjadi perang saudara bila pasukan itu segera ditarik seluruhnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007