Jakarta (ANTARA News) - Serangkaian gempa berkekuatan antara 5,3 pada skala Richter (SR) hingga 7,7 SR sejak Kamis dini hari terjadi di beberapa daerah, setelah gempa tektonik berkekuatan 7,9 SR mengguncang Bengkulu pada Rabu (12/9) pukul 18.10.23 WIB. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), gempa susulan berkekuatan 5,3 SR pada kedalaman 30 kilometer terjadi pukul 01.29.32 WIB di wilayah barat daya Lais, Bengkulu, dan berulang pukul 03.18.51 WIB dengan kekuatan 5,4 SR, pukul 06.19.45 WIB dengan magnitude 5.6 SR dan pukul 08.55.53 WIB dengan kekuatan 5.5 SR. Pukul 05.02.24 WIB gempa dengan magnitude 5,5 SR pada kedalaman 10 kilometer juga terjadi di wilayah barat daya Bengkulu dan pukul 07.16.03 WIB gempa berkekuatan 6,0 SR pada kedalaman 67 kilometer mengguncang wilayah barat daya Painan, Sumatera Barat. Gempa di wilayah Painan kembali terjadi pukul 08.26.37 WIB (6,7 SR), pukul 09.51.33 WIB (5,7 SR), pukul 10.03.17 WIB (5,0 SR) dan pukul 10.35.29 WIB (6,3 SR). Pukul 05.17.26 WIB gempa berkekuatan 5,3 SR dengan episentrum sedalam 10 kilometer juga terjadi di wilayah barat daya Sungai Penuh, Jambi, dan berulang pukul 06.49.04 WIB (7,7 SR), pukul 07.31.54 WIB (5,8 SR) dan pukul 10.25.55 WIB (4,5 SR). Gempa berkekuatan 6,3 SR juga kembali terjadi di wilayah barat daya Padang, Sumatera Barat, pukul 09:30:03 WIB dam berulang pukul 08.38.10 WIB dengan kekuatan 5.5 SR. Menurut Deputi Bidang Sistem Data dan Informasi BMG, Dr. PJ Prih Harjadi, rangkaian gempa susulan itu berhubungan dengan gempa yang terjadi di Bengkulu pada Rabu malam. "Ya, gempa yang terjadi di wilayah yang berada di sekitar episentrum gempa Bengkulu memang ada hubungannya. Gempa di wilayah-wilayah terdekat seperti Sungaipenuh dan Padang merupakan dampak dari gempa Bengkulu," jelasnya. Namun, ia menjelaskan rangkaian gempa yang terjadi di sejumlah wilayah pada Kamis siang tidak berpotensi menimbulkan tsunami. "Kemarin dan pagi tadi kami memang menyampaikan peringatan dini adanya potensi tsunami, tapi syukur tidak terjadi," katanya. Mekanisme gempa Suatu gempa berpotensi mengakibatkan tsunami bila posisi episentrum berada di laut, magnitudonya besar (di atas 6,3 SR) dan pusat gempanya dangkal (kurang dari 70 kilometer), jelasnya. "Ini yang jadi patokan kita. Tapi mestinya kalau mau lebih lama lagi bisa dilihat dari mekanisme sumber gempa," katanya, seraya menambahkan mekanisme gempa bisa diketahui dalam waktu sekitar satu jam. Mekanisme gempa, lanjutnya, dilihat dari jenis patahan yang menyebabkan gempa. "Patahannya naik, turun atau geser," katanya. Gempa, kata dia, disebut berpotensi mengakibatkan tsunami bila patahannya naik seperti gempa yang terjadi di Bengkulu dan Aceh atau turun seperti yang terjadi di Banyuwangi tahun 1994. Di samping itu, katanya, tsunami juga berpotensi terjadi jika di dasar laut terjadi deformasi atau perubahan vertikal. "Artinya patahnya tidak hanya di perut bumi, tapi muncul sampai permukaan dasar laut. Tapi itu sulit diketahui," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007