Surabaya (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Pol Herman S Sumawiredja mengakui ada petunjuk bahwa terbakarnya Pasar Turi Surabaya pada 26 Juli dan 9 September lalu mengandung unsur kesengajaan, namun polisi belum mengetahui pelaku dan motif pelaku. "Ada petunjuk kuat bahwa dua kali kebakaran itu disengaja. Hal itu sesuai dengan hasil olah TKP (tempat kejadian perkara) yang dilakukan tim Labfor (Laboratorium Forensik) Polri Cabang Surabaya selama dua bulan terakhir," katanya usai sholat Jumat di Mapolda Jatim. Didampingi Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti, ia mengatakan hingga kini dirinya belum memperoleh gambaran siapa kira-kira pelaku dan apa motif perbuatan pelaku itu. "Kita tinggal mencari tersangkanya saja. Sebelum pelakunya ditemukan, saya tidak mau mengira-ngira motivasi pembakaran dan kaitannya dengan apa. Saya tak mau berandai-andai," katanya, menanggapi kemungkinan adanya persaingan bisnis dalam kebakaran itu. Menurut dia, indikasi kesengajaan dibakar memang akan meningkatkan emosi pedagang yang kiosnya terbakar, namun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya harus secepatnya membangun tempat berjualan sementara, agar emosi mereka dapat diredam. "Pemkot masih terkesan lamban sehingga banyak pedagang yang akhirnya membangun sendiri kios-kios untuk berjualan dengan menutup badan jalan di sekitar Pasar Turi, padahal sebenarnya mereka tidak boleh menutup jalan, tapi kami dapat memahami," katanya. Sementara itu, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti menambahkan Labfor Polri Cabang Surabaya hingga kini masih mendalami sejumlah barang bukti, bahkan analisa dan evaluasi dilakukan setiap malam. "Barang bukti (BB) yang diperiksa cukup banyak jumlahnya, diantaranya kabel, dan bekas kebakaran lainnya, bahkan tangga yang ditemukan dalam kebakaran tahap ke dua juga masih diteliti sidik jari yang membekas," katanya. Ia mengakui kebakaran tahap ke dua memang ada bensin (premium), namun bensin yang membekas masih mungkin berasal dari genset yang digunakan pedagang untuk penerangan, karena itu tim Labfor menyelidiki terus. Lain halnya dengan pendapat Ketua Tim Pemulihan Pascakebakaran Pasar Turi (TPPKP) Djoko Sujiono. "Banyak kejanggalan yang menjadi pertanyaan para pedagang terkait penyebab kebakaran itu, misalnya, di lokasi bangunan yang terbakar itu tidak ada lagi aliran listrik sejak kebakaran pertama," katanya. Sejak Pasar Turi Baru terbakar pada 26 Juli 2007, katanya, ada pemadaman aliran listrik di seluruh area Pasar Turi, sehingga area pasar Turi Lama menggunakan genset untuk penerangan. "Karena itu, kami akan melaporkan kebakaran yang ke dua itu kepada Presiden bersamaan dengan pencairan bantuan dari Presiden kepada kami," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007