Jakarta (ANTARA News) - Investor Polandia, FAMUR International Trade S.A., berminat untuk menangani pertambangan batubara Proyek Air Laya di Bukit Asam, Sumatera Selatan, dengan nilai investasi sebesar 50 juta dolar AS, kata Duta Besar RI untuk Polandia, Hazairin Pohan. Dalam keterangan yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin, Dubes Pohan mengaku telah melakukan pembicaraan dengan Presiden FAMUR International Trade S.A., Rafal Rost, di sela-sela pameran alat-alat pertambangan dan metalurgi internasional "SIMEX Fair 2007" yang berlangsung pekan lalu di Katowice, Polandia. SIMEX Fair 2007 yang diikuti sekitar 100 produsen alat-alat pertambangan dari Jerman, Inggris, Italia, Rusia, dan Polandia merupakan salah satu pameran industri pertambangan terbesar pertambangan di Eropa. Menurut Dubes Pohan, Polandia dengan penguasaan teknologi dan "know-how" di bidang pertambangan merupakan mitra yang tepat bagi Indonesia. Proyek Air Laya, sebelumnya merupakan pertambangan terbuka (open pit), namun telah mulai membidik pertambangan bawah tanah yang saat ini telah mencapai kedalaman sekitar 100 meter. Berdasarkan perkiraan, pada kedalaman 150 meter di bawah tanah terdapat batubara dengan kualitas kalori tinggi (6000-7000). FAMUR S.A. sebenarnya bukan pemain baru di Indonesia karena selama ini telah bekerjasama dengan berbagai perusahaan PMA, misalnya pada proyek Barito Line di Kalimantan Tengah, yang menelan investasi senilai 1 miliar dolar AS. Dalam proyek ini, FAMUR menyiapkan sistem loading dan unloading (bongkar-muat), membangun jalur rel kereta api baru untuk menggantikan jalur lama yang telah berusia kurang lebih 150 tahun. FAMUR kini juga sedang mempersiapkan penambangan nikel dan tembaga di berbagai daerah di Indonesia. Perusahaan tambang Polandia lainnya, KOPEX SA, kini sedang merundingkan skema bisnis untuk proyek penambangan batubara di Kalimantan Selatan. Menurut Dubes RI Warsawa, pihaknya bersama FAMUR S.A. sedang mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Polandia untuk mempersiapkan skema pendanaan proyek tersebut dalam jumlah 50 juta dolar AS. "Idealnya, pendanaan dapat menggunakan soft loan yang disediakan Pemerintah Polandia. Berdasarkan format investasi G to G (antar-pemerintah), proyek-proyek sejenis ini dapat dibiayai melalu soft-loan dalam format tied-aid projects,", jelas Pohan. Dubes Pohan menyatakan optimis karena dalam pembicaraannya dengan Deputi Menteri Keuangan beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Polandia telah menyatakan kesediaan untuk membiayai proyek-proyek penting di Indonesia melalui skema pendanaan soft-loan. Selama ini, Pemerintah Polandia telah menyediakan pendanaan untuk berbagai proyek procurement dalam bentuk kredit ekspor. Dubes RI untuk Polandia juga mengajak FAMUR SA mengambil bagian dalam pembangunan jalur kereta api sejauh 90 km yang akan menghubungkan sentra-sentra ekonomi di Sumatera Selatan ke Pelabuhan Tanjung Api-Api. Dia mengharapkan, jika proyek jalur kereta api senilai 350 juta dolar AS telah disetujui Pemerintah Polandia, maka selanjutnya akan terbuka jalan bagi pembangunan pelabuhan laut dalam di Tanjung Api-Api. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007