Bandung (ANTARA News) - Gagal berangkat ke Jepang sebagai TKI, Yuyun Nurhasanah (25), warga Jalan Mayang Asih No. 1, Kompleks Simpay Asih, RT 01/05, Kelurahan Pasir Endah, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung, malah dibawa kabur dukun cabul hingga korban hamil dan melahirkan seorang anak perempuan. Kepada wartawan, di Bandung, Senin, korban mengatakan, dirinya menjadi korban penipuan seorang paranormal yang menjanjikan dapat memasukkan kerja di salah satu pabrik handphone di Jepang. Namun bukannya bekerja di Jepang, kata dia, malah oleh H Anang kegadisannya direnggut paranormal yang mengaku dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan bisa memasukkannya bekerja di Jepang itu. Setelah itu, kata dia, dirinya dibawa kabur oleh pelaku terhitung pada 25 Desember 2006, yang ternyata akibat perbuatan bejat pelaku, dia pun hamil. "Selama dalam pelarian ke berbagai tempat saya dalam keadaan hamil. Hingga akhirnya sekitar 21 Juli 2007 saya kembali ke Bandung dan melahirkan di RS Sariningsing, Bandung," katanya. Penderitaan Yuyun bertambah, mana kala, sehari sebelum kepulangan Yuyun ke Bandung, tepatnya 20 Juli 2007, Ny Jubaedah (55) ibu kandung Yuyun meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya selama anak kesayangannya itu dibawa lari pelaku. Derita Yuyun berawal ketika keluarganya dikenalkan terhadap pelaku oleh Ujang Kosar, salah satu tetangganya. "Ujang memperkenalkan kita dengan H Anang yang katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan bisa menggandakan uang. Setelah itu, Anang memutuskan untuk buka praktek di salah satu ruangan di rumah kami," jelas Lamya (60), orangtua Yuyun. Lamya pun meneranngkan bahwa setelah pindah ke rumahnya sekitar September 2006, banyak pasien yang mengantri untuk diobati oleh H Anang. Keluarga Lamya pun tidak curiga dengan aktifitas yang dilakukan Anang. Hingga pada suatu saat, sekitar awal Desember 2006. Pelaku menyatakan bisa mempekerjakan Yuyun di salah satu pabrik handphone di Jepang. Kebetulan saat itu Yuyun kuliah di salah satu PTN di Bandung jurusan Sastra Jepang. "Waktu diajak kerja di Jepang, kebetulan saya sudah tingkat akhir," ucap Yuyun. Melihat tawarannya disambut baik, Anang pun mulai menjalankan akal bulusnya yaitu dengan mengajak sekeluarga berziarah ke makam keramat di kompleks makam keramat di Narimbang, Kecamatan Congeang, Kabupaten Sumedang. Beberapa waktu kemudian, mereka kembali berziarah, tetapi saat ini hanya mereka berdua yang pergi ke tempat itu. "Di sana bukannya berdoa, tetapi saya malah dipaksa untuk meladeni nafsu setannya," jelas Yuyun yang saat kejadian mengaku antara sadar dan tidak, diperlakukan seperti itu. Beberapa hari setelah kejadian, tepatnya 25 Desember 2006 mereka mendatangi PT Hikmah Fajar, Jalan Moch Ramdan sebagai penyalur TKW. Tetapi, bukannya berangkat ke Jepang, Yuyun malah diajak ke pedalaman Kalimantan. "Selama dua hari dua malam kami di perjalanan, tetapi saat sampai Pontianak di Kalimantan Barat, rumah yang dicari tidak ada. Kami langsung kembali dengan menggunakan pesawat," ujar Yuyun yang dibekali uang Rp22 juta oleh orangtuanya untuk biaya ke Jepang. Tiba di Bandung 31 Desember 2006, Yuyun malah ditinggalkan seorang diri di Stasiun KA Kiaracondong. Anang mengancamnya agar tidak melarikan diri dan tidak lapor Polisi. Sedangkan, Anang pergi ke rumah orangtuanya di Jalan Lemah Neundeut RT 07/07, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Bandung untuk mengantarkan putrinya Maya (13) yang ikut bersama mereka ke Kalimantan. Dengan perasaan takut, Yuyun pun menunggu Anang kembali menjemputnya dua hari kemudian. Tanggal 4 Januari 2007 mereka pun melanjutkan "pelarian" itu ke daerah Raja Galuh, Majalengka. Awal Febuari, mereka pun kembali berpindah tempat ke daerah pedalaman Jawa Tengah. "Saya enggak tahu di mana, tetapi saya yakin itu di Jawa karena penduduknya berbahasa Jawa dan tempatnya pun jauh di pedalaman atau di sekitar hutan jati," ujar Yuyun. Hampir sekitar enam bulan lamanya Yuyun disekap di tempat itu. Hingga akhirnya pada 21 Juli 2007, mereka kembali ke Bandung dan dia melahirkan seorang anak perempuan di RS Sariningsih Bandung. "Anak perempuan itu saya beri nama Anita," kata Yuyun. Atas perbuatan itu, kata Yuyun, dirinya bersama orangtuanya kemudian melaporkan peristiwa tersebut ke Polsekta Ujung Berung, namun tidak ditanggapi. "Karena tak ditanggapi, kami melaporkan ke Polresta Bandung Timur, tetapi polisi juga malah tidak menindaklanjuti laporan tersebut," katanya. Karena tidak puas dengan laporannya yang tidak ditanggapi, kata dia, kemudian korban melapor ke Polda Jabar. "Pihak Polda Jabar juga ternyata tidak serius menanggapi laporan kami," kata korban.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007