Mataram (ANTARA News) - Relawan Anak Republik Nusa Tenggara Barat menyesali pernyataan calon presiden Prabowo Subianto yang menyebutkan bahwa Indonesia bisa punah bila dia tidak terpilih jadi presiden dalam Pilpres 2019.

"Sangat kita sayangkan pernyataan itu bisa keluar dari mulut seorang Prabowo. Emangnya dia (Prabowo) itu Tuhan ya. Seperti Tuhan saja mau bikin Indonesia punah. Seharusnya dia tidak bicara seperti itu," kata Ketua Anak Republik (AR) NTB Lalu Kertayasa di Mataram, Rabu.

Ia menilai, seharusnya sebagai capres Prabowo bisa memberi rasa optimisme akan kelangsungan masa depan bangsa dan negara, bukan justru memberikan pernyataan pesimistis.

"Sudah jelas dari gaya bicaranya saja dia tidak mencerminkan seorang negarawan. Ini kan dia nyapres," ucapnya.

Baca juga: BPN Prabowo-Sandi sebut pernyataan Indonesia punah hanya peringatan

Menurut dia, mestinya Prabowo bisa lebih arif dan bijak dalam bertutur kata, terlebih lagi saat ini Indonesia membutuhkan sosok pimimpin yang tidak menebar rasa pesimisme.

"Saya yakin Indonesia tidak akan punah setelah Pilpres 2019. Justru Indonesia akan semakin jaya bila dipimpin Jokowi-KH Ma`ruf Amin," tegas Lalu Kertayasa.

Sebelumnya, Prabowo Subianto dalam Konferensi Nasional Partai Gerindra, Senin (17/12) menyatakan Indonesia akan punah jika koalisinya tidak mampu memenangkan Pilpres 2019.

"Kita tidak bisa kalah. Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah negara ini bisa punah," kata Prabowo saat menyampaikan pidato di acara Konfernas Partai Gerindra yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat.

Karena itu Prabowo meminta agar para pendukungnya tidak boleh kalah di Pemilu 2019.

Prabowo menjelaskan, kepunahan itu bisa terjadi karena sudah terlalu lama para elite berkuasa dengan langkah dan cara yang keliru dan kondisi itu telah menyebabkan tingginya ketimpangan sosial di Indonesia.

Baca juga: Politikus PDI Perjuangan anggap pernyataan Prabowo Indonesia punah delusi

Baca juga: "Repnas" targetkan kemenangan Jokowi-Ma'ruf di NTB

 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2018