Jakarta (ANTARA News) - Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) M Chatib Basri (Dede) mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah menyimpulkan terjadi price fixing (penetapan harga secara bersama) di industri telepon seluler. "Dari kesimpulan penelitian kita tidak bisa menyimpulkan bahwa dari indikator harga ada price fixing," kata Dede pada diskusi Menegakkan Aturan Bisnis Dalam Era Globalisasi: Kasus Sektor Telekomunikasi di Indonesia, di CSIS, Jakarta, Kamis. Sebelumnya diberitakan hasil penelitian yang dilakukan Lembaga LPEM UI, dua operator telekomunikasi seluler PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk diduga melakukan price fixing atau penyeragaman tarif sehingga menghambat kompetisi di industri seluler. Hasil penelitian tersebut juga disebut dipakai oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk menyelidiki dugaan terjadinya persaingan tidak sehat sehingga merugikan konsumen. Dede mengatakan, penelitian lembaganya memang menyebutkan ada pola atau pergerakan harga yang sama di industri telepon seluler namun hal itu belum dapat disimpulkan bahwa telah terjadi price fixing. "Kesimpulan itu clear (jelas) yakni pola tarif yang sama tidak bisa diartikan sebagai price fixing ataupun hasil kolusi," katanya. Ia mengatakan, pergerakan tarif yang sejenis bisa terjadi di sektor mana saja. "Karena industri harus berkompetisi. Kalau satu perusahaan menurunkan harga maka kompetitornya melakukan hal sama. Kalau tidak maka pangsa pasarnya bisa hilang," katanya. Dede juga memberi contoh kejadian serupa (pergerakan) harga di sektor penerbangan. Untuk itu, Dede meminta semua pihak untuk hati-hati dalam membaca hasil penelitian tersebut. Mengenai surplus konsumen telekomunikasi di Indonesia yang lebih kecil dari negara lain, Dede mengatakan, harus dilihat dari struktur biayanya apakah sama dengan di luar negeri. Negara yang struktur biaya telekomunikasinya rendah tentu akan dapat memberikan surplus konsumen yang lebih tinggi. Padahal, katanya, struktur biaya perusahaan sangat sulit untuk diketahui. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007