Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) memberikan sejumlah rekomendasi kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero), terkait penggunaan bahan bakar biosolar 20 persen (B20) pada lokomotif milik KAI, pasca uji coba yang dinilai berhasil.

Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE, Rida Mulyana mengungkapkan bahwa rekomendasi tersebut yang pertama yakni KAI agar segera menyiapkan Standard Operation Procedure (SOP) khusus untuk penanganan dan penyimpanan bahan bakar B20, mengacu kepada Buku Pedoman Penanganan dan Penyimpanan Bahan Bakar B20 yang diterbitkan Ditjen EBTKE.

"Kemudian PT KAI, Pertamina Patraniaga, dan OEM melaksanakan sosialisasi di internal PT KAI terutama kepada operator dan teknisi di lapangan," kata Rida di Jakarta, Kamis.

Selanjutnya, pada awal penggunaan B20 perlu dilakukan audit material compatibility sistem bahan bakar. Rida menjelaskan, bahwa hal ini bertujuan untuk meminimalkan permasalahan pada penggunaan B20 dalam jangka waktu lama.

Rekomendasi terakhir, yakni agar kompatibel dengan B20, Lokomotif GE dianjurkan menggunakan nosel carbon steel, karena mempunyai ketangguhan menahan perambatan retak dan rancangan saluran bahan bakarnya streamline sehingga tidak mengakibatkan turbulensi berlebihan pada fuel chamber.

"Lokomotif GE juga dianjurkan mengganti material hose NBR-PVC blend pada sisi supply dengan hose polytetrafluoro ethylene (PTFE/Teflon)," ujarnya.

Sebelumnya Rida mengumumkan secara resmi bahwa hasil uji jalan penggunaan B20 selama enam bulan, yakni dari Februari hingga Agustus 2018, pada lokomotif GE dan PRL/EMD milik KAI telah berhasil dengan baik, tanpa ada masalah pada filter, hose, dan injektor. Hal ini membuktikan bahwa bahan bakar B20 dapat digunakan dengan aman di lokomotif KAI.

Hasil dari uji jalan ini juga menunjukkan bahwa keandalan mesin lokomotif yang menggunakan B20 sangat tergantung kepada konsistensi kualitas, tata cara penanganan dan penyimpanan bahan bakar. Faktor-faktor tersebut harus dipenuhi sesuai dengan acuan atau pedoman resmi yang ada, untuk menghindari terjadinya masalah dalam penggunaan bahan bakar B20.

"Hasilnya oke banget. Saya sih tidak kaget,  sudah diduga hasilnya seperti itu. B20 untuk masalah keekonomian, sawit menjadi komoditas andalan untuk menghasilkan devisa," ucap Rida.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2018