Denpasar (ANTARA News) - Meski dihadang berbagai peristiwa, bencana dan penyakit, kunjungan turis ke kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, terus mengalami peningkatan sehingga tetap diperhitungkan oleh para investor untuk menanamkan modalnya. Pendapat itu disampaikan sejumlah narasumber dari beberapa negara pada keterangan pers menjelang pembukaan ASEAN Tourism Investment Forum (ATIF) di Hotel Ramada Bintang Bali, Kuta, Kamis malam. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Depbudpar, Sambudjo Parikesit, menuturkan bahwa peningkatan kunjungan turis terjadi pada 10 negara di Asia Tenggara peserta forum kedua investasi pariwisata tersebut. Kesepuluh negara itu Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan tuan rumah Indonesia yang selama tahun 2005 menerima kunjungan lebih dari 51,28 juta wisatawan. Terjadi pertumbuhan sebesar 4,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat lebih dari 49 juta wisatawan. Jumlah kunjungan tersebut menggambarkan progresif-nya perkembangan pariwisata di ASEAN, apalagi jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan tahun 1994 yang baru sekitar 25,27 juta wisatawan, katanya. Karena itu, menyambut penyelenggaraan forum kedua bertema "Attracting ASEAN Tourism Investment in a Challenging World" ini, Sekretaris Umum ASEAN, Ong Keng Yong, mengungkapkan rasa optimisnya terhadap perkembangan investasi kepariwisataan mendatang. "Pertumbuhan kunjungan turis 4,4 persen itu akan menjadi pertimbangan berarti bagi investor dari seluruh dunia. Apalagi kawasan ASEAN tak terlepas dari peristiwa bom, bencana alam dan penyakit, seperti merebaknya flu burung," ucapnya. Sementara itu, Sekretaris Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Qodri Aziizi, yang mewakili Menko Kesra Aburizal Bakrie mengajak seluruh komponen di Indonesia, termasuk pers, mendukung penciptaan peluang investasi. "Walaupun kita diguncang beberapa kali peristiwa pengeboman, berjangkitnya flu burung dan larangan penggunaan maskapai nasional oleh Uni Eropa, kunjungan turis sudah bisa terus meningkat. Investasi baru, terutama di Bali, juga cukup besar," katanya. Jutaan dolar yang berasal dari investasi-investasi baru akan secara signifikan mempengaruhi kepercayaan dunia internasional sebagai salah satu destinasi unggulan di dunia. Investasi baru itu seperti pembangunan Bulgari Resort, Renaissance Hotel, St Regis, Novotel Apartments, Conrad villas, Wellness Centre and Wedding Chapel, Sheraton Laguna dengan perbaikan kamar hotel dan fasilitas gedung konferensi. Kemudian Grand Hyatt dengan perbaikan kamar hotel dan fasilitas gedung konferensi, Como Shambala Estate, berupa investasi kamar-kamar baru dan vila mewah yang sebelumnya bernama Begawan Giri Estate. Selain itu banyak restoran baru yang dibuka sejak Oktober 2005, pengembangan pusat perbelanjaan seperti Discovery Shopping Mall dan Bali Collection dengan luas 20.000 m2 di Nusa Dua, serta BIMC dengan fasilitas medis standar internasional. "Bali saat ini sedang mengalami tren pembangunan villa baru," kata Qodri Aziizi. Belum lagi pembukaan jalur penerbangan internasional baru, seperti Valuair, Air Asia dan jalur penerbangan Garuda dari Korea Selatan. Wakil Kementerian Pariwisata dan Olah Raga Thailand, Dr Sashitara Pichaichannarong, yang memberikan komentar pada sesi terakhir, juga mengungkapkan optimismenya untuk perkembangan investasi yang sesuai dengan pertumbuhan kunjungan turis ke ASEAN. Ia berharap negara-negara anggota ASEAN akan bisa memanfaatkan kondisi tersebut untuk berlomba-lomba mendatangkan investor dunia yang bisa mendukung kemajuan perekonomian dan kesejahteraan rakyat di masing-masing negara. Forum investasi pariwisata negara-negara ASEAN itu akan berlangsung hingga Sabtu (22/9), membahas arah perkembangan investasi kedepan, dan dari Indonesia juga diikuti peserta dari sejumlah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007