New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia memperpanjang kerugiannya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tenggelam lebih jauh ke rekor terendah sejak Januari 2016, karena kekhawatiran kelebihan pasokan dan berkurangnya permintaan diperparah potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Sentimen suram di antara para pedagang minyak datang bersamaan dengan berlanjutnya aksi jual di pasar saham, karena para investor mempertahankan pandangan "bearish" pada pertumbuhan ekonomi di tahun mendatang.

Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, melihat tingkat pertumbuhan PDB-nya direvisi 0,1 persen lebih rendah menjadi 3,4 persen pada kuartal ketiga, menurut Departemen Perdagangan AS pada Jumat (21/12).

Dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan PDB 4,2 persen pada kuartal kedua, revisi yang lebih lemah dari perkiraan itu terutama terseret oleh kemunduran pengeluaran konsumen dan ekspor, menambah risiko-risiko penurunan terhadap pertumbuhan mendatang negara itu.

Pasar minyak global sedang bergulat dengan meningkatnya stok, meskipun ada kesepakatan pengurangan produksi 1,2 juta barel per hari antara OPEC dan sekutunya, yang mulai berlaku sejak Januari tahun depan.

Efek potensial dari pengurangan produksi sebagian diimbangi oleh perkiraan yang mengkhawatirkan bahwa produksi tujuh cekungan serpih utama AS diperkirakan akan mencapai 8,166 juta barel per hari (bph) pada Januari 2019, dengan peningkatan terbesar 134.000 barel per hari sejak September.

Saat ini, Amerika Serikat memproduksi 11,6 juta barel per hari, melampaui Arab Saudi dan Rusia untuk menjadi produsen minyak terbesar di dunia.

Dengan semakin dekatnya liburan Natal dan Tahun Baru, para pedagang cenderung mengaktifkan mode "risk-off" untuk menghindari kerugian tambahan.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 0,29 dolar AS menjadi menetap di 45,59 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari, turun 0,53 dolar AS menjadi ditutup pada 53,82 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca juga: Harga minyak jatuh karena kekhawatiran perlambatan pasar meningkat

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2018