Depok (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Eep Syaifullah Fattah, menjelaskan bahwa munculnya calon independen untuk mengikuti pilkada potensial untuk memperluas kebebasan, kompetisi dan partisipasi. "Tampilnya calon independen mampu memperluas kebebasan persaingan," kata Eep dalam acara diskusi Politik, dengan tema "Calon Independen dan Masa Depan Demokrasi Indonesia", di FISIP-UI, Depok, Jumat. Namun lanjut dia, kehadiran dan kemenangan calon independen tidak sertamerta meningkatkan kualitas akuntabilitas, mandat dan keterwakilan politik dalam praktek pemerintahan daerah. Karena itu, lanjut dia, kehadiran dan kemenangan kandidat perseorangan tidak menghilangkan kemungkinan pembusukan demokrasi atau menghentikan kecenderungan ke arah demokrasi delegatif. "Tanpa berbagai upaya perbaikan dari sisi aktor hingga sistem, mekanisme calon independen tak akan banyak bermakna," ujarnya. Munculnya calon independen, kata dia, karena parpol belum berfungsi sebagai agen demokrasi yang efektif, sehingga banyak yang mencari pemimpin alternatif yang bisa mengakomodasi kepentingan tertentu. Namun kehadiran calon independen hendaknya tidak menjadi euforia bagi kalangan tertentu ataupun alergi bagi partai politik, ujarnya. Ia berpendapat syarat calon independen harus meraih dukungan sebanyak 15 persen merupakan hal yang tidak relevan, jadi yang pantas adalah sesuai dengan "electoral treshold" (ET) yang diberlakukan yaitu antara 3-5 persen.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007