Maryland, AS (ANTARA/AsiaNet) -- Perang dagang yang melibatkan dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Tiongkok dinilai memiliki dampak positif bagi Indonesia, khususnya komoditas pertanian
Ahli bidang pertanian asal AS Robert Blake mengatakan, situasi ini justru menjadi peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan harga beli yang menarik dibandingkan saat era sebelum kebijakan perang tarif AS-Tiongkok diberlakukan.
"Persediaan kedelai di Maryland, sebagai contoh, hanya sanggup bertahan selama tiga bulan sejak dipanen atau harus dimusnahkan bila penjualan kedelai mereka tidak habis dalam kurun waktu dimaksud," kata Robert.
Dia mengatakan, selain kedelai Amerika Serikat juga memiliki ketergantungan buah tomat sampai 80 persen. Rata-rata buah tersebut didapat melalui impor dari Kanada.
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat ini sudah merambah ke berbagai sektor kehidupan di Amerika Serikat. Tidak hanya implementasi di bidang militer dan teknologi, namun juga merambah pada bidang pertanian dan kesehatan.
"Teknologi pertanian Amerika Serikat sudah mengandalkan penggunaan AI sebagai bentuk langkah percepatan berbagai proses pertanian," katanya.
Amerika Perketat Sistem Ekspor
Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putih Paul Ryan menjelaskan bahwa Presiden Trump akan terus menjalankan proteksi yang ketat bagi guna mewujudkan jargon kampanye "Buat Amerika Hebat Lagi".
"Meski kebijakan itu berdampak negatif pada hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan negara lain, termasuk negara sekutunya sendiri (Kanada dan Mexico)," pungkasnya.
Selain itu, beberapa asosiasi pertanian Amerika Serikat juga sudah mengeluh dengan kebijakan ini, namun mereka hanya bisa mengandalkan kepiawaian pejabat di Gedung Putih dalam menata perdagangan komoditas pertanian yang dinilai masih defisit.
Sebelumnya Jajaran Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menggelar pertemuan dengan Ambassador di sejumlah wilayah di Amerika Serikat. Dalam pertemuan ini, Kementan fokus pada pembicaraan kerjasama dan pengembangan benih padi bersama Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan serta penelitian dengan international Rice Research Institute (IRRI) di Filipina.
Dari Jepang, Ahli bidang Pertanian Sri Nuryanti meyakinkan bahwa negara matahari itu tetap menggunakan bahan baku produk asli Indonesia. Salah satunya adalah Java Tea Japan dan Japan Tea Association. Hal utu disampaikan Sri dalam seminar yang menghadirkan pengusaha teh Jepang.
"Indonesia itu kaya akan teh dengan citarasa dan aroma khas pegunungan yang cocok dinikmati penduduk Jepang. Makanya ketika kita putarkan video tentang produksi dan pengolahan teh di Indonesia, mereka benar-benar bersemangat," katanya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2018
