Jakarta (ANTARA News) - Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Endang Sukara menyatakan pentingnya penerapan konsep Cagar Biosfer (CB) di Indonesia. Konsep CB menurut dia, seperti tertulis dalam siaran pers LIPI di Jakarta, Sabtu, dipercaya dapat mengharmoniskan kepentingan ekonomi dengan konservasi lingkungan hidup menuju pembangunan berkelanjutan. Dalam konsep ini sangat jelas didedikasikan untuk menyuburkan kegiatan ekonomi dan sosial, dengan melibatkan sebesar-besarnya partisipasi masyarakat sebagai sumber yang menjaga dan mempertahankan lingkungan hidup. "CB merupakan konsep yang dapat dijadikan model bagi Indonesia untuk menangani cepatnya laju degradasi lansekap ekosistem di Indonesia", tegas Prof Endang yang juga Ketua Panitia Nasional Man of the Biosphere (MAB) - UNESCO Indonesia. Menurut dia, tidak kurang dua juta hektare hutan hilang setiap tahunnya, dikonversi untuk kepentingan pembangunan. Ini berpengaruh secara signifikan terhadap berkurangnya secara drastis keanekaragaman flora, fauna, ekosistem, dan lansekap di planet bumi, khususnya di Indonesia, tegasnya. "Hal ini membuat kita kehilangan kesempatan untuk mengungkap potensi dan manfaat keanekaragaman hayati kita, padahal sebenarnya pengetahuan dan penelitian bidang biologi molekuler kita telah memungkinkan untuk mengungkap potensi keanekaragaman hayati sebagai sumberdaya untuk bahan makanan, serat, dan bahan pakaian, obat-obatan, bahan mentah industri serta bahan bangunan," paparnya. Menurutnya, jika hal ini terus berlanjut kesejahteraan manusia akan terancam. Di Indonesia sendiri sampai saat ini terdapat enam kawasan CB yang diresmikan oleh MAB - UNESCO yaitu: CB Cibodas (Taman Nasional Gede Pangrango), CB Tanjung Putting, CB Lore Lindu, dan Taman Nasional Komodo, yang diresmikan pada tahun1977, serta CB Leuser dan CB Siberut pada tahun 1981.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007