New York (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan menyampaikan pidato dalam acara "general debate" pada Sidang Umum ke-62 PBB setelah Presiden Iran Mahmoud Ahmaddinejad pada sesi ke dua hari pertama sidang umum yang dilangsungkan Selasa sore waktu New York atau Rabu pagi waktu Indonesia. "General debate" Sidang Majulis Umum PBB yang berlangsung antara 25-28 September dan 1-3 Oktober itu dibagi dalam dua sesi setiap harinya yaitu sesi pagi dan sesi sore yang dipisahkan oleh makan siang. Pada sesi pagi untuk hari pertama yang berlangsung antara pukul 09.00-13.00 waktu setempat atau pukul 20.00 WIB hingga pukul 12.00 dini hari akan tampil pemimpin negara dari Brazil, Amerika Serikat, Ghana, Kazakstan, Honduras, Qatar, Prancis, Nikaragua, Makedonia, Malawi, Cili, dan Portugal. Sementara itu pada sesi kedua yaitu antara pukul 15.00-19.00 waktu setempat atau pukul 03.00 dinihari hingga pukul 07.00 pagi waktu Indonesia dijadwalkan tampil 15 kepala negara atau pemerintahan. Mereka berasal dari Sri Lanka, Paraguay, Senegal, Afrika Selatan, Argentina, Iran, Indonesia, Panama, Afghanistan, Slowakia, Monako, Estonia, Angola, Italia dan Jerman. Pada kesempatan itu Presiden Yudhoyono dijadwalkan menyampaikan seruan Indonesia kepada dunia untuk memberikan perhatian lebih pada isu perubahan iklim sebelum kemudian melakukan pertemuan dwi pihak dengan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula Da Silva dan sekitar pukul 10.55 waktu setempat atau pukul 21.55 WIB Presiden Yudhoyono akan menerima kunjungan kehormatan Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick. Dalam kunjungan kehormatan yang dilakukan oleh Zoellick itu dikabarkan kedua belah pihak selain akan membahas sejumlah masalah yang terkait dengan perekonomian, pemerintah RI juga akan mendengarkan penjelasan langsung dari Zoellick mengenai usulan Bank Dunia atas program pengembalian aset negara yang hilang atau stolen asset recovery (StAR). Pada beberapa waktu terakhir, usulan program StAR Bank Dunia telah memancing pro-kontra di dalam negeri, terutama terkait penyebutan Presiden kedua RI Soeharto sebagai mantan penguasa yang paling banyak mencuri aset negara. Seusai pertemuan 30 menit itu, Presiden Yudhoyono juga dijadwalkan melakukan pertemuan dwi pihak dengan Presiden Nigeria Umaru Musa Yar`adua, PM Belanda Jan Peter Balkenende, dan Sekjen PBB Ban Ki Moon. Dengan Sekjen PBB Ban Ki Moon, Kepala Negara akan menyampaikan ide-ide Indonesia terkait isu perubahan iklim terutama yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan pertemuan tentang perubahan iklim atau UNFCC di BAli pada akhir tahun. Di sela-sela pertemuan bilateral (dwi pihak), selaku anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pemerintah RI yang diwakili oleh Presiden Yudhoyono juga harus menghadiri pertemuan tingkat tinggi DK PBB di Markas Besar PBB yang akan membahas mengenai situasi keamanan dan politik di Afrika. Pemerintah RI sebelumnya memiliki rencana untuk mengirimkan 150 orang polisi sipil guna bergabung dengan pasukan perdamaian PBB dan Uni Afrika untuk menangani situasi konflik di Darfur, Sudan selatan. Agenda padat Presiden Yudhoyono di New York pada hari kedua kunjungannya itu akan ditutup dengan melakukan buka bersama dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di New York. Kemudian keesokan harinya, Rabu (26/9) Kepala Negara akan menerima kunjungan kehormatan Direktur Jenderal ILO Juan Somavia sebelum bertolak ke Indonesia melalui Jepang dan Kanada. Sementara itu Presiden Iran memperoleh perhatian luas dari publik AS setelah pidatonya di Universitas Columbia, AS yang memancing pro-kontra dari publik paman Sam itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007