Jakarta (ANTARA News) - Calon wakil Presiden (Cawapres) pendamping Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden (Capres) akan ditentukan sekitar Pebruari 2008 dan tokoh yang akan mendampingi Megawati itu diserahkan sepenuhnya kepada kader-kader PDIP. Pernyataan itu diungkapkan Sekjen DPP PDIP Pramono Anung di sela-sela berbuka puasa bersama di Pejompongan Jakarta Pusat, Rabu malam. Selain Pramono, hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP Taufiq Kiemas, Ketua DPP PDIP Daryatmo, Ketua Fraksi PDIP DPR RI Tjahjo Kumolo dan Ketua DPP PDIP Panda Nababan. Pramono menjelaskan, penentuan Cawapres dari PDIP bukan ditentukan oleh Megawati, tetapi diserahkan kepada kader-kader PDIP di seluruh Indonesia. Mekanisme penjaringan aspirasi dilakukan melalui cabang-cabang PDIP di daerah. "Ibu Mega tidak ingin memilih secara langsung orang yang akan menjadi Cawapres. Ibu mega telah meminta kader PDIP untuk didengar aspirasinya," katanya. Pramono mengharapkan, pada Februari 2008 nama-nama sudah masuk ke DPP PDIP. Nama-nama yang masuk akan diumumkan ke publik. Ia menjelaskan pula bahwa nama-nama yang akan menjadi Cawapres bisa datang dari partai politik dan juga terbuka peluang dari kalangan Ormas. "Yang pasti bukan dari PDIP," katanya. PDIP akan membuka seluas-luasnya bagi tokoh-tokoh nasional yang dinilai memiliki kompetensi, kapabilitas dan akseptabilitas untuk mendampingi Mega pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. "Cabang-cabang PDIP akan menyampaikan nama-nama yang dinilai cocok untuk mendampingi Ibu Mega," kata Pramono yang menambahkan, sudah ada tokoh yang "merapat" ke PDIP. Bahkan ada yang tidak diundang tetapi justru datang ke PDIP untuk melakukan penjajakan. Bersamaan dengan penentuan Cawapres PDIP, katanya, pihaknya akan mengumumkan kabinet bayangan berikut nama-nama calon menterinya. Untuk satu departemen, bisa saja akan diumumkan beberapa nama sebagai calon menteri. Untuk bisa meloloskan Megawati menjadi Presiden mendatang, katanya, pihaknya sudah melakukan evaluasi atas kegagalan Mega dalam Pemilihan Presiden tahun 2004. Salah satu evaluasinya adalah faktor kedekatan Mega dengan rakyat ketika menjadi Presiden yang terhalang birokrasi. Selain itu, ada saluran informasi dan komunikasi yang macet di birokrasi sehingga hasil-hasil pembangunan tidak terpublikasi. Konsolidasi di internal PDIP sudah dilakukan. Begitu juga sambutan kader PDIP atas keputusan pencalonan kembali Megawati luar biasa, di luar dugaan pengurus DPP PDIP. Menurut Pramono, dukungan dan sambutan kader PDIP di seluruh Indonesia atas pencalonan Megawati menunjukkan bahwa kader-kader memang berharap Mega dicalonkan kembali. "Karena itu, bodoh kalau PDIP tak mencalonkan Ibu Megawati," katanya. Ia mengemukakan, pencalonan kembali Megawati sebagai Capres yang disambut antusias kader PDIP menunjukkan bahwa keputusan Rakernas PDIP itu bukan keinginan Mega dan Taufiq Kiemas. Megawai tak ingin pencalonannya hanya diputuskan oleh pengurus PDIP, tetapi oleh rakyat. Untuk mendekatkan Megawati dengan rakyat, sekaligus menggugah komunikasi politik dengan publik terkait pencalonannya sebagai Capres, Megawati akan melakukan "road show" ke berbagai daerah pasca Hari Raya Idul Fitri. "Ibu Mega akan menyapa rakyat dengan bahasa rakyat," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007