Jakarta (ANTARA News) - Produsen lampu asal Belanda, Philips, menjadikan Indonesia basis produksi lampu pijar dan neon terbaiknya di dunia dengan produksi mencapai ratusan juta lampu per tahun. Hal itu dikemukakan Presdir PT Philips Indonesia, Rob Fletcher, di Surabaya, Jumat, pada kunjungan kerja Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan Rachmat Gobel ke pabrik lampu di Sidoarjo tersebut. "Pabrik lampu Philips di Indonesia merupakan tempat belajar bagi karyawan lampu Philips lainnya di berbagai negara. Pabrik ini termasuk yang terbaik yang kami miliki," ujarnya. Rob mengatakan setiap tahun pabrik tersebut memproduksi ratusan juta lampu pijar (bohlam) dan TL (neon) yang diekspor ke berbagai negara di dunia, baik di kawasan Eropa, Amerika, maupun Asia. Philips menargetkan produksi lampu TL mencapai sekitar 46 juta unit tahun ini. Sedangkan produksi lampu pijar lebih besar lagi, karena satu mesin yang berkecepatan rendah saja produksinya mencapai 2.000 lampu per jam dan mesin berkecepatan tinggi mencapai sekitar 4.000 per jam. Pabrik sendiri beroperasi 24 jam. Selain di Indonesia, Philips juga memiliki pabrik sejenis di Polandia, serta pabrik lampu hemat energi (LHE) di China yang dijadikan basis produksi di dunia. "Selain produksi lampu, kami juga memproduksi gelas lampu yang tidak hanya dipasok untuk kebutuhan sendiri, tapi juga produsen lampu lainnya," ujar Rob. Oleh karena itu, gangguan pasokan gas atau listrik yang tidak stabil memberi ketidakpastian dalam pengiriman, yang dikhawatirkan menyebabkan Kantor Pusat Philips berpikir ulang untuk mengembangkan investasinya di Indonesia. Diakui Rob, masalah belum baiknya infrastruktur energi di Indonesia itu pula yang menyebabkan pihaknya sampai saat ini belum rencana membuat produksi LHE di Indonesia meskipun pasarnya terus meningkat. "Pasti kami akan menambah investasi di sini, namun berbagai masalah yang dihadapi seperti infrastruktur, imigrasi, dan kepabeanan, harus diperbaiki dulu," katanya menanggapi pertanyaan mengapa Philips tidak membangun pabrik LHE di Indonesia, setidaknya mulai dari merakit terlebih dahulu. Rob mengatakan pihaknya tidak ingin hanya membangun perakitan LHE dan tidak ingin mengikuti sejumlah perusahaan LHE yang kini banyak tumbuh di Indonesia dengan membangun perakitan LHE yang komponennya sebagian diimpor dari Cina. "Kami tidak ingin seperti itu. Buat Kami pasar terbuka malah lebih baik, sehingga bisa bersaing secara sehat. Kami berkeyakinan memberikan produk yang baik pasti akan disukai konsumen," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007