Yangon (ANTARA News) - Utusan PBB Ibrahim Gambari mengadakan pembicaraan, Ahad, dengan pemimpin oposisi Myanmar yang dipenjarakan, Aung San Suu Kyi, dan beberapa anggota pemerintah militer guna membahas diakhirinya penindasan terhadap protes yang menentang kekuasaan militer. Namun, tak ada keterangan mengenai kapan Gambari mungkin bertemu dengan jenderal yang memimpin junta, Than Shwe, yang berpusat di ibukota baru Naypyidaw, 385 kilometer di sebelah utara Yangon, dan pemerintahnya jarang tunduk pada tekanan dari luar. "Ia sangat ingin bertemu dengan Jenderal Senior Than Shwe, Ketua Dewan Pembangunan dan Perdamaian Negara, sebelum mengakhiri misinya," demikian antara lain isi pernyataan PBB, seperri dilaporkan Reuters. Beberapa diplomat mengatakan Gambari bertemu dengan Suu Kyi selama lebih dari satu jam di wisma tamu pemerintah di Yangon di dekat vila di tepi danau, tempat Suu Kyi ditahan tanpa telefon dan memerlukan izin resmi, yang jarang diberikan, untuk menerima tamu. Mereka bertemu setelah Gambari terbang kembali dari Nyapyidaw, tempat ia mengadakan pembicaraan dengan penjabat Perdana Menteri Thein Khin Aung Nyint dan Menteri Penerangan Kyaw Hsan, kata mereka. Tidak diketahui apakah ia telah membuat kemajuan ke arah diakhirinya penindasan atas protes terbesar anti-junta selama hampir 20 tahun. Dalam peristiwa itu ratusan biksu Buddha ditangkap, Yangon tengah ditutup dan tentara digelar di jalan-jalan. Tak terlihat kerumunan orang pada Ahad di pusat kota tersebut, tempat pasukan keamanan memadamkan protes dengan menutup dua pagoda yang menjadi pusat aksi unjuk-rasa dan menjauhkan para biksu yang memimpin kedua pagoda itu. Tentara dan polisi menggeledah tas dan orang untuk mencari kamera sementara jalur Internet masih diputus. Ratusan ditangkap Komisi Hak Asasi Manusia Asia, yang berpusat di Hong Kong, menyatakan sedikitnya 700 biksu dan 500 orang lagi telah ditangkap di seluruh negeri itu. Protes tersebut berawal dengan beberapa pawai kecil guna menentang kenaikan harga bahan bakar pada pertengahan Agustus dan mencapai puncaknya ketika tentara melepaskan tembakan di atas kepala para biksu yang melancarkan protes, sehingga mengakibatkan pengerahan pengikut banyak kuil. Penindasan itu, saat tentara menembaki kerumunan orang, menyerbu kuil dan menyeret pendeta naik ke truk, menyulut reaksi marah dari pemerintah di seluruh dunia. Penindasan bertangan besi tersebut bahkan mengundang kecaman dari China, sekutu terdekat junta, dan pengutukan dari Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Myanmar adalah salah satu anggota perhimpunan regional itu. Hari Ahad, Paus Benedictus menyerukan penyelesaian damai bagi pristiwa "yang sangat serius tersebut" di Myanmar dan menyampaikan solidaritasnya bagi rakyat miskin di negeri itu selama "cobaan mereka yang menyakitkan". Di Singapura, sebanyak 1.500 warganegara Myanmar memenuhi satu kuil untuk melakukan doa khusus dan menyerukan penyelesaian damai bagi peristiwa di negeri mereka. Para jenderal biasanya mengabaikan tekanan dari luar, tapi tunduk pada seruan internasional agar mengizinkan Gambari, mantan menteri luar negeri Nigeria, melalui pemberitahuan singkat. Pemerintah telah mengakui bahwa 10 orang tewas pada Rabu, hari pertama penindasan, kendati pemerintah Barat menyatakan jumlah korban jiwa yang sesungguhnya dapat dipastikan lebih banyak lagi. Seorang wartawan video Jepang tertembak hingga tewas, ketika tentara melepaskan tembakan ke arah kerumuhan pemrotes yang meneriakkan berbagai slogan. Utusan Jepang Seorang utusan Jepang tiba Ahad guna menjamin penyelidikan penuh atas kematian Kenji Nagai (50). Tayangan mengenai kematiannya tampaknya memperlihatkan seorang prajurit menembak dia dari jarak dekat saat pasukan keamanan membersihkan pemrotes dari pusat kota Yangon. Di Tokyo, 20 warganegara Myanmar yang tinggal di Jepang melakukan mogok makan guna menuntut diakhirinya penindasan. Media Myanmar yang dikelola negara telah mengumumkan pemulihan kedamaian dan kestabilan setelah pasukan keamanan menangani protes tersebut "dengan penuh kepedulian, dan penggunaan kekerasan seminim mungkin". Pertemuan Suu Kyi dengan Gambari adalah peristiwa langka di luar rumahnya, tapi yang kedua dalam waktu lebih dari satu pekan. Sejak Suu Kyi terakhir kali ditahan pada Mei 2003, rekannya sesama warganegara Myanmar baru melihat dia satu kali --ketika ia muncul di gerbang vila di tepi danau yang dihuninya untuk memberi penghormatan kepada seorang biksu yang diperkenankan melewati barikade yang menutup jalan di sekitar tempat ia menetap. Personil polisi anti-huru-hara berdiri di antara para biksu dan Suu Kyi, yang Liga Nasional bagi Demokrasinya meraih kemenangan gemilang dalam pemilihan umum pada 1990 tapi dihalangi memangku jabatan oleh para jenderal. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007