Jakarta (ANTARA News) - Ancaman narkoba kepada bangsa dan negara tidak henti-hentinya merangsek masuk melalui berbagai cara dan medium.
   
Obat-obatan terlarang dan narkotika itu diedarkan melalui substansi atau zat yang dapat dicampur dan menggiurkan generasi muda seperti cairan vape, bahkan permen.
   
Tidak sampai disitu, ada saja oknum yang memanfaatkan fasilitas sekolah, berupa gudang laboratorium, sebagai tempat penyimpanan narkoba seperti yang terjadi di lembaga pendidikan di kawasan Kembangan, Jakarta Barat.
   
Sangat miris, karena lokasinya bukan saja dekat, tapi narkoba telah merasuk di kawasan pendidikan tempat generasi bangsa belajar yang seharusnya aman dari jangkauan zat haram.
   
Satuan Reserse Narkoba Polsek Kembangan Polres Metro Jakarta Barat pada Selasa (15/1) telah mengamankan tiga tersangka berinisial AN, DL dan CP.
   
Tersangka DL dan CP diketahui merupakan anak salah satu pejabat di sekolah di kawasan Kembangan itu.
   
Polisi pun memburu pemasok narkoba yang diketahui merupakan jaringan sindikat peredaran narkoba dari salah satu lembaga pemasyarakatan. Dari tersangka AN, polisi mengamankan barang bukti 450 gram sabu-sabu dari lapas.
   
Menurut keterangan polisi, DL dan CP telah menggunakan gudang laboratorium sekolah selama enam bulan.  Tidak hanya itu, narkoba juga merangsek menyerang Indonesia melalui jenis baru yakni "new physcoactive substance" (NPS) berwujud menyerupai pil ekstasi.

 
Bahan ekstasi. (Dokumen BNN)



Badan Narkotika Nasional menemukannya saat operasi di Aceh dan Medan. Bahaya dari pil itu adalah memiliki efek lima kali lebih buruk dari ekstasi yang biasa. Ekstasi jenis baru itu, selain mengandung bahan dasar Metilendioksi Metamfetamina, juga mengandung Methamphetamine.
   
BNN menahan tersangka berinisial MZ pada Desember 2018 dan menyerahkannya kepada Polda Sumatera Utara.  Barang bukti yang ditemukan masih berbentuk serbuk dengan bahan baku yang berasal dari India dan Tiongkok.

Terus cegah

Kendati ancaman teror narkoba terus datang ke Tanah Air, pemerintah bersama pihak pendidik terus menggencarkan pencegahan penyalahgunaan narkoba kepada siswa siswi pelajar di Indonesia.
   
Kegiatan yang dilakukan adalah seminar, diskusi dan pengetahuan tentang bahayanya menggunakan narkoba dan pelanggaran hukum yang dapat terjadi.
   
Seruan anti narkoba dari ribuan siswa siswi tingkat SMP dan Madrasah Tsanawiyah menggema di ruang pertemuan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Kota Banda Aceh.
   
Sekitar 1.200 siswa siswi SMP dan MTs se-Kota Banda Aceh hadir dalam acara Sosialisasi dan Edukasi Bahaya Narkoba.
   
Acara yang diselenggarakan atas kerja sama dari Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja, Pemprov Aceh dan Badan Narkotika Nasional itu dilaksanakan selama sehari pada Kamis (31/1).
   
Sesi seminar bersama BNN memaparkan beragam jenis narkoba serta bahaya penggunaannya bagi kesehatan dan masa depan anak.
   
Narkoba dapat merusak jaringan organ tubuh, merusak otak, hingga kepada kecanduan yang memicu kepada tindak kriminal seperti pencurian, bahkan pembunuhan. Jiwa pengguna narkoba menjadi begitu rapuh karena kecanduan yang menghantui.
   
Dalam acara itu, para siswa siswi juga mengucapkan Ikrar Kebulatan Tekad Pelajar yang berisi antara lain mengenai kesetiaan kepada NKRI, penolakan terhadap narkoba, pencegahan ujaran kebencian, penolakan pornografi, serta aksi kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.

BNN mencatat setiap harinya diperkirakan 50 orang meninggal dunia akibat penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Kerugian yang bisa ditimbulkan pun tidak sedikit yakni sekitar Rp63 triliun tiap tahunnya.
   
Kepala BNN Heru Winarko pada Kamis (20/12/2018) mengidentifikasi terdapat 83 jaringan sindikat narkoba pada 2018.  Institusi tersebut "mengendus" kebanyakan jaringan berasal dari wilayah utara Indonesia.
   
Sebanyak 654 lokasi di Indonesia diterangkan BNN sebagai daerah rawan penyebaran narkoba.  Masih merajalelanya narkoba sebagai musuh besar bangsa ini juga dicerminkan dengan banyaknya tersangka terkait kasus narkoba yang mencapai 1.355 orang dalam 914 kasus.
   
Atas dasar itulah seluruh komponen bangsa, termasuk OASE KK, bertanggung jawab dalam pencegahan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat, khususnya pemuda pemudi sebagai penerus bangsa.
   
Ibu Negara Iriana Joko Widodo yang turut dalam acara seminar tersebut bersama Ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla melakukan interaksi dengan siswa siswi.
    
Ada dua siswa siswi yang dipanggil maju untuk menerangkan tentang materi yang telah didapat dari seminar itu.   "Saya ingin terangkan sedikit tentang narkoba. Bahaya narkoba dapat mengganggu otak dan tubuh. Fungsi tubuh menurun, tubuh bakal lemah dan menyebabkan kematian," kata Radwa Takiya seorang siswi madrasah 11 Kota Banda Aceh.
     
Radwa menyadari harus menghindari penggunaan narkoba untuk membangun bangsa yang bermoral.
   
Upaya untuk menghindari narkoba, selain menjaga pergaulan bebas, juga perlu mempelajari dan mempraktekkan ajaran agama serta pendidikan moral. "Apalagi kita adalah anak-anak penerus bangsa," tegas Radwa.
   
Menanggapi hal itu, Ibu Negara memberi apresiasi dan dorongan semangat kepada para siswa siswi di Aceh.
   
Diharapkan dengan kegiatan itu, para pelajar memahami kerugian dari penggunaan narkoba. Jika masyarakat telah paham dan tidak tergiur dengan kepalsuan narkoba, maka peredaran ilegal obat haram itu di Indonesia tentunya dapat berkurang.
   
Pengawasan dan perhatian serta pendidikan dari orang tua dan lingkungan dinilai tetap menjadi hal utama sebagai pembatas dan pencegah narkoba merasuki generasi muda bangsa. 

Baca juga: OASE Kabinet Kerja sosialisasi bahaya narkoba di Banda Aceh
Baca juga: BNNK antisipasi bahaya penggunaan narkotika generasi muda


 

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2019