Beograd, Serbia (ANTARA News) - Ribuan warga negara Serbia berkumpul untuk sembilan kali berturut-turut di Ibu Kota Serbia, Beograd, guna memprotes pemerintah.

        Puluhan ribu demonstran turun ke jalan di ibu kota Serbia untuk memperlihatkan ketidakpuasan mereka, sambil membawa spanduk bertuliskan "Satu dari lima juta".

        Apa yang disebut sebagai protes "satu dari lima juta" itu dimulai pada 8 Desember 2018, setelah satu peristiwa pada 23 November, ketika seorang politikus oposisi Borko Stefanovic diserang dan dipukuli di kota kecil Kursevac di bagian selatan negeri tersebut.

        Pawai pada Sabtu menandai protes rutin kesembilan berturut-turut di Beograd.

        Satu pawai luar biasa diselenggarakan pada 16 Januari, ketika pemrotes menggelar peringatan pertama pembunuhan yang tak terselesaikan atas politikus Serbia Kosovo Oliver Ivanovic di Kosovska Mitrovica, Kosovo.

        Protes hanya direncanakan untuk diselenggarakan di Beograd tapi pada Januari rakyat di lebih dari 30 kota besar dan kecil bergabung dengan gerakan itu dengan menyelenggarakan protes mereka sendiri.

        Warga di sebanyak 20 kota besar dan kecil telah mengumumkan mereka akan menggelar pertemuan terbuka pada Februari, kata penyelenggara, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Minggu pagi.

        Salah satu kota terbesar seperti Nis, Novi Sad, Kragujevac, Vranje, Cacak, Mladenovac, Pozarevac dan Uzice sudah menyelenggarakan protes.

        Protes rutin dimulai pada pukul 18.00 waktu setempat di Bundaran Pelajar di pusat Kota Beograd. Setelah pidato, massa bergerak ke gedung Parlemen, Istana Presiden, gedung lembaga penyiaran publik, RTS, dan kadangkala ke gedung pemerintah.

        Pemrotes membawa spanduk yang bertuliskan, "Bangunlah Serbia", "Vucic gugur, kapitalisme gugur" dan "Kami bersama rakyat".

        "Protes Terhadap Kediktatoran" adalah kelompok yang secara resmi menyelenggarakan protes itu.

        Kelompok yang sama menyelenggarakan protes massa sebelumnya, setelah Alekzandar Vucic, Presiden Serbia saat ini terpilih pada 2016.

        Sementara itu, banyak anggota partai oposisi juga ikut dalam protes tersebut.

        Tuntutan utama pemrotes adalah pengawasan yang lebih baik atas proses pemilihan umum dan kampanye serta sanksi pidana buat mereka yang melakukan pelanggaran kampanye.

        Pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Nebojsa Steganovic, karena ia diduga menghina pemrotes, juga menjadi salah satu tuntutan pengunjuk rasa.

        Mereka juga ingin penyelesaian kasus pembunuhan politikus Serbia Kosovo Oliver Ivanovic.

        Selain itu, mereka menuntut wakil dalam protes diberi waktu lima menit dalam tayangan berita utama lembaga penyiaran publik, RTS, dan kehadiran yang lebih rutin politikus oposisi di RTS.

        Sementara itu, Vucic berkeras bahwa ia takkan menyerah terhadap "pemerasan dari politisi oposisi" tapi telah menambahkan ia bersedia bertemu dan mendengar dari warga yang tidak puas terhadap pemerintahannya.

        Vucic juga mengatakan jika oposisi menginginkan pemilihan umum sela, ia siap melakukannya dan, jika ia kalah, ia siap melepaskan semua jabatannya.

        Namun, partai oposisi di Aliansi mengatakan mereka takkan ikut dalam pemilihan umum sela.

        Aliansi bagi Serbia, kelompok longgar 30 organisasi dan partai oposisi sekarang memainkan peran penting dalam mengumpulkan pemrotes.

        Vucic dan koalisinya memiliki mayoritas 160 kursi di Parlemen, yang memiliki 250 anggota.

Penyunting: Chaidar Abdullah/Tia Mutiasari
 

Pewarta: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
COPYRIGHT © ANTARA 2019