Jakarta (ANTARA News) - Sektor perbankan pimpin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ), Kamis, naik 0,88 persen untuk berada di level tertinggi baru. IHSG ditutup naik 21,569 poin menjadi 2.473,155 memperbarui rekor tertinggi yang di catat pada 2 Oktober 2007 dan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan menguat 5,966 poin atau 1,14 persen ke posisi 528,591. Analisa Riset PT Panin Capital Luki Aryatama, kepada ANTARA di Jakarta, Kamis, mengatakan, kenaikan indeks BEJ lebih disebabkan menguatnya saham unggulan, terutama saham sektor perbankan. "Para pelaku pasar memprediksikan suku bunga akan turun kembali, hal ini dilihat dari sektor perbankan dan properti mengalami kenaikan," katanya. Menurut Luki, walaupun inflasi September tinggi (0,8 persen), namun para pelaku melihat penurunan `The Fed` bisa menjadi penurunan kembali BI rate. "Mungkin pelaku pasar mengabaikan inflasi September, mereka lebih melihat `The Fed` yang menurunkan suku bunganya," tambahnya. Indeks BEJ naik terangkat oleh saham-saham sektor perbankan, seperti Bank Mandiri (BMRI), Bank BNI (BBNI), Bank BCA (BBCA), dan ditambah sektor properti Bakrie Development (ELTY). Saham BMRI ditutup naik Rp100 menjadi Rp3.675, BBNI menambah Rp25 ke posisi Rp2.075, BBCA menguat Rp300 ke level Rp6.750 dan ELTY terangkat Rp30 untuk berada di Rp580. Namun, saham yang mengalami tekanan jual masih mendominasi pasar BEJ sebanyak 107 dibanding yang naik 81, sedangkan 71 tidak berubah harganya dan 139 tidak aktif diperdagangkan. Banyaknya saham dalam posisi jual ini karena sentimen negatif dari melemahnya bursa regional karena terpengaruh negatifnya penutupan bursa AS Wall Street Rabu malam. Bursa AS dengan indeks Dow Jones turun 79,25 poin menjadi 13.968,04 karena anjloknya saham-saham teknologi. Melemahnya indeks Dow Jones ini juga menyeret bursa regional yang sebagian besar melemah, seperti bursa Tokyo dengan indeks Nikkei 225 yang melemah 104,08 poin ke posisi 17.095,80 dan bursa Hong Kong dengan indeks Hang Seng yang anjlok 505,95 poin ke level 26.973,98. Kondisi ini telah menekan beberapa saham yang sudah "overbought" (jenuh beli) dan saham-saham lapis kedua untuk bergerak turun. Volume perdagangan mencapai 5,636 miliar saham dengan nilai Rp3,919 triliun. Posisi investor asing masih positif, yakni "net buy" (beli netto) senilai Rp252,340 miliar. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007