Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah Brent turun dari tertinggi 2019 di perdagangan Asia pada Selasa pagi, di tengah kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi permintaan bahan bakar tahun ini, meskipun pemotongan pasokan yang dipimpin oleh kartel produsen OPEC masih berarti pasar relatif ketat.

Minyak mentah berjangka internasional Brent berada di 66,08 dolar AS per barel pada pukul 02.20 GMT (09.20 WIB), turun 42 sen AS atau 0,6 persen dari penutupan terakhir mereka, tetapi masih tidak jauh dari tertinggi 2019 di 66,83 dolar AS per barel di sesi sebelumnya.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), berada di 55,71 dolar AS per barel, sementara naik 12 sen AS dari penyelesaian terakhir mereka, namun masih di bawah tertinggi 2019 di 56,33 dolar AS pada hari sebelumnya.

Para pedagang mengatakan koreksi sedikit turun didorong oleh kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global tahun ini.

Bank of America Merrill Lynch mengatakan dalam sebuah catatan bahwa sengketa perdagangan AS dan China  telah merusak pertumbuhan ekonomi secara global.

"Mengatasi ketegangan perdagangan global adalah kunci untuk meningkatkan prospek ekonomi," katanya dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Wakil perdana menteri dan kepala perunding perdagangan China, Liu He, dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer memimpin putaran pembicaraan perdagangan minggu ini di Washington.

Baca juga: Putaran baru perundingan dagang AS-China bakal dimulai di Washington

Mempertimbangkan prospek ekonomi serta keseimbangan penawaran dan permintaan, bank mengatakan pihaknya memperkirakan harga Brent rata-rata antara 50 dolar AS hingga 70 dolar AS per barel, "berlabuh di sekitar 60 dolar AS."

Meskipun ada beberapa kehati-hatian di seputar perdagangan, pasar minyak global tetap relatif ketat karena pemangkasan pasokan dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi Timur Tengah, dengan eksportir minyak mentah terbesar Arab Saudi memotong paling banyak.

Ekspor minyak mentah lintas laut Saudi turun pada paruh pertama Februari, dengan keberangkatan berdiri di 6,204 juta barel per hari (bph), turun 1,341 juta bph pada bulan sebelumnya dan turun 0,91 juta bph pada tahun tersebut, kata perusahaan data intelijen Kpler.

Dukungan lebih lanjut bagi pasar minyak adalah sanksi-sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran dan Venezuela.

Venezuela adalah pemasok minyak mentah utama ke kilang-kilang AS, sementara Iran adalah eksportir utama ke pusat-pusat permintaan utama di Asia, terutama China dan India.

Baca juga: Harga minyak naik, investor kian optimis kesepakatan produksi OPEC

Baca juga: Indian Oil tandatangani kesepakatan tahunan pertama pembelian minyak AS


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2019