Shanghai (ANTARA News) - Saham-saham di Asia datar pada awal perdagangan Jumat pagi, menyusul penurunan Bursa  Wall Street, dengan prospek ekonomi global yang memburuk melebihi tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara China dan Amerika Serikat.

Di awal hari perdagangan Asia, Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang, naik kurang dari 0,1 persen.

Saham-saham Australia naik 0,5 persen dan Indeks Nikkei Jepang dibuka 0,3 persen lebih rendah.

Para investor terus mengamati dengan seksama pembicaraan tingkat tinggi antara AS dan negosiator perdagangan China di Washington, dengan sedikit lebih dari satu minggu tersisa atas waktu yang ditentukan AS untuk perjanjian berakhir, memicu tarif yang lebih tinggi.

Reuters melaporkan secara eksklusif pada Rabu (20/2) bahwa kedua pihak sedang menyusun bahasa untuk enam nota kesepahaman tentang usulan reformasi China, kemajuan yang telah membantu mengangkat sentimen investor.

Tetapi saham-saham di Wall Street merosot pada Kamis (21/2), ditarik oleh data baru yang menunjukkan pelemahan dalam rencana pengeluaran bisnis AS dan aktivitas pabrik.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,4 persen menjadi 25.850,63 poin, S&P 500 kehilangan 0,37 persen menjadi 2.774,28 poin, dan Komposit Nasdaq -- yang telah naik delapan sesi sebelumnya -- turun 0,4 persen menjadi 7.459,06 poin.

Departemen Perdagangan AS mengatakan pada Kamis (21/2) bahwa pesanan domestik untuk barang-barang modal non-pertahanan tidak termasuk pesawat terbang, proksi yang diawasi ketat untuk rencana pengeluaran bisnis, turun 0,7 persen.

Selain itu, sektor pabrik di negara bagian Mid-Atlantic jatuh ke wilayah kontraksi pada Februari untuk pertama kalinya sejak Mei 2016, data dari Philadelphia Federal Reserve (Fed) menunjukkan.

"Sementara manufaktur global lemah, aktivitas jasa-jasa terlihat lebih positif. Tetapi sulit untuk melihat manufaktur dan jasa-jasa berbeda untuk waktu yang lama," kata analis di ANZ dalam catatan pagi.

"Ada efek pengali kuat dari manufaktur yang menyiratkan risiko penurunan pada sektor jasa-jasa, khususnya di Eropa. Dan ketidakpastian perdagangan, yang menggantungkan sektor manufaktur, perlu diselesaikan."

Imbal hasil catatan obligasi 10-tahun pemerintah AS naik tipis menjadi 2,686 persen pada Jumat, dibandingkan dengan penutupan AS 2,688 persen pada Kamis (21/2), karena dukungan optimisme investor tentang kemajuan pembicaraan perdagangan mengalami kemajuan.

Imbal hasil surat utang dua tahun, yang diamati sebagai ukuran ekspektasi suku bunga fed fund lebih tinggi, turun menjadi 2,5266 persen dari penutupan AS sebesar 2,529 persen.

Dolar Australia rebound setelah jatuh pada Kamis (21/2) karena Reuters melaporkan bahwa pelabuhan utara China, Dalian, telah menempatkan larangan tidak terbatas pada impor batu bara Australia. Mata uang Australia terakhir naik 0,3 persen pada 0,7107 dolar AS.

Dolar AS nyaris tidak berubah terhadap yen di 110,66, sementara euro sedikit lebih tinggi menjadi dibeli 1,1340 dolar AS.

Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang rival utama, stabil di 96,586.

Minyak mentah AS turun 0,25 persen menjadi 56,82 dolar AS per barel. Baca juga: Harga minyak jatuh, stok AS meningkat

Emas rebound setelah jatuh lebih dari satu persen pada Kamis (21/2), dengan perdagangan spot emas naik sekitar 0,1 persen pada 1.324,92 dolar AS per ounce. Baca juga: Harga emas turun tajam pasca-rilis risalah Bank Sentral AS

Baca juga: Analis: Akhir pekan IHSG diprediksi menguat, sentimen eksternal "bersahabat"

Baca juga: Analis perkirakan rupiah melemah pasca-BI tahan suku bunga

Baca juga: Bursa China melemah, Indeks Komposit Shanghai dibuka turun 0,09 persen

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2019