Medan (ANTARA News) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara, Prof Dr Abdullah Syah, MA berpendapat, selama bulan suci Ramadhan ini masih banyak sinetron agama yang ditayangkan di sejumlah stasiun televisi belum mencerminkan keislaman sehingga para pemirsa banyak yang tidak tertarik untuk menontonnya. Tayangan cerita yang dibawakan dalam sinetron itu juga kurang begitu mengena bagi masyarakat yang menyaksikannya, karena seperti menonton lawakan saja, katanya ketika dihubungi di Medan, Rabu, ketika dimintai komentarnya mengenai tayangan sinetron Agama yang ditayangkan selama bulan Ramadhan. Abdullah Syah yang juga Guru Besar IAIN Sumut mengatakan, seharusnya sinetron yang ditampilkan selama Ramadhan ini lebih banyak mencerminkan ke Islaman, bagaimana perjuangan seorang tokoh dalam mengembangkan ajaran Islam tersebut dan lainnya. Contoh lain adalah menceritakan mengenai liku-liku perjuangan seseorang yang telah bertaubat, perlu juga digambarkan bagaimana proses mencapai kesadaran spiritual Islami, sehingga sinetron itu berisi unsur pendidikan yang benar-benar dapat merasuk kedalam hati dan jiwa bagi masyarakat yang menontonnya. Dengan demikian, jelasnya, masyarakat atau ummat Islam yang selama ini belum mau bertaubat ke jalan yang benar, setelah menyaksikan sinetron itu akan berubah pemikirannya. "Disinilah sebenarnya pengaruh yang cukup besar dari tayangan sinetron Agama di stasiun televisi tersebut," katanya. Lebih jauh ia menjelaskan, sinetron yang ditayangkan di stasiun televisi itu kurang bernuansa pendidikan ke Islaman, sehingga tidak begitu dipedulikan atau tertarik bagi masyarakat yang menyaksikannya. Sehubungan itu, katanya, diharapkan agar tayangan sinetron agama harus dipilih yang lebih baik, berbobot, serta mampu menggugah perasaan masyarakat yang menontonnya. Bukankah, fungsi televisi itu tidak hanya sekedar memberikan informasi, alat hiburan bagi masyarakat, melainkan juga sekaligus berperan untuk pendidikan. "Sinetron Agama juga dapat memberikan pelajaran bagi ummat Islam," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007