Denpasar (ANTARA News) - Sekira 4.000 umat Muslim di kota Denpasar dan sekitarnya melaksanakan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1428 H di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar ikut mendoakan, agar korban yang tewas daam tragedi bom Bali lima tahun lalu mendapat tempat yang layak di sisi Yang Maha Kuasa. "Demikian pula keluarga yang ditinggalkan selalu mendapat perlindungan dariNya," kata Muhammad Ismail Lahji LC, selesai bertindak sebagai imam/khatib Shalat Idul Fitri di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar Jumat. "Kami ikut mendoakan, agar Bali, Indonesia dan dunia aman dan nyaman karena terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan," kata alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, yang kini menjadi guru Sekolah Al Azhar Syifa Budi, Bali dan SMA Muhammadiyah Denpasar. Lewat doa merupakan salah satu bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap seluruh umat manusia, karena dalam kehidupan sehari-hari seseorang saling membutuhkan dan membantu satu sama lain. Dalam khatbahnya ia mengatakan, tidak mungkin ada sosok muslim sejati yang acuh tak acuh terhadap persoalan umat manusia. Mereka pasti tersentuh acap kali mendengar, membaca dan menyaksikan penderitaan umat manusia dan berusaha bangkit untuk bisa berperanserta secara aktif membantunya, ujar Muhammad Ismail Lahji. Salah satu kegiatan mengenang tragedi bom Bali lima tahun yang silam adalah gema perdamaian yang dipusatkan di titik pusat atau "Ground Zero" (GZ), monumen peringatan tragedi kemanusiaan Kuta, Jumat petang (12/10). Kegiatan tersebut melibatkan National Integration Movement (NIM), gerakan integrasi nasional yang mengusung tema Genta dan Nyanyian perdamaian. Perdamaian sengaja kembali digemakan guna memberikan vibrasi ketenangan dan kenyamanan di Pulau Dewata. Ketua Panitia acara renungan tragedi bom Bali 12 Oktober 2007, I Nyoman Bagiana Karang S.Sn dalam kesempatan terpisah menjelaskan, rangkaian kegiatan lainnya adalah pelepasan tukik diharapkan sebanyak 202 ekor pada sore hari menjelang kegiatan puncak. Selain itu juga tabur bunga perdamaian ke tengah laut dengan melibatkan wisatawan mancanegara, masyarakat lokal, termasuk keluarga korban tragedi bom Bali 12 Oktober 2002. Penaburan bunga perdamaian ke tengah lautan itu menggunakan papan selancar yang melibatkan mereka-mereka yang sudah profesional dalam bidang itu, kata Bagiana Karang. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007